![]() |
source: gettystock |
Kalo ada suatu kegiatan trus aku ikut terlibat, aku paling ngehindarin posisi bendahara. Yep, posisi pemegang kas suatu kelompok kegiatan itu merupakan momok terbesarku sejak masa kuliah hingga saat ini. Namun, pada tanggal 6 Agustus 2019, ada satu kejadian yang mengubah hidupku 180 derajat...
Aku ditunjuk jadi bendahara!
--------------------------
Rasa tidak pede dengan posisi ini dimulai ketika masih kuliah tingkat awal. Saat itu aku pernah menjadi bendahara untuk kegiatan seni angkatan dan juga kelompok praktek lapangan. Dulu tuh nyaris melakukan kesalahan fatal yaitu kehilangan dompet yang berisi uang kegiatan. Iyes, kejadian mengerikan sekaligus memalukan karena keteledoranku itu sempat membuat seluruh panitia panik luar biasa, bahkan sampe minta bantuan teman-teman angkatan yang punya bakat cenayang. Untungnya dompet itu ketemu, tepatnya di atas tempat tidur temanku di sebuah kamar. Tapi heran juga, aku nggak inget pernah mampir ke tempat tidur ini? Atau aku yang lupa?
Tapi yang jelas, satu kesalahan fatal itu mulai membuatku minder.
Pas lagi praktek lapangan ini beda cerita lagi, aku kesulitan menghitung dan mengatur keuangan di dalam kelompok karena terlalu banyak intervensi dari teman-teman maupun dari pihak lain. Selain itu, saat akan memberikan uang makan ke induk semang itu seringkali nggak disertakan dengan kuitansinya dan membuatku makin nggak nyaman. Yah, dulu aku bener-bener pasif banget sebagai bendahara. Meskipun saat itu cukup sukses sebagai bendahara, tapi makin minder aja deh aku :'(
Sejak saat itulah aku bener-bener ngehindarin posisi bendahara. Alasannya macem-macem, dimulai dari sifatku yang emang nggak rempong buat nagihin duit, kudu rajin ngitung dan nyatet pengeluaran, dan juga pertanggungjawabannya nanti. Posisi yang selalu kupegang justru malah posisi sekretaris, posisi yang paling sering ngedampingin ketua ataupun pimpinan dan paling sering mencatat segala sesuatu. Bahkan pas diklat pra jabatan aja, seorang widyaiswara langsung menunjuk aku sebagai sekretaris hanya karena satu alasan: suka menulis! Wakakak
Mindset itu terbawa hingga aku bekerja. Pas aku masih kerja sebagai staf pimpinan, aku sering banget membaca rencana kegiatan dan anggaran yang dibuat oleh bendahara di tempat kerjaku. Tapi emang dasar mindsetku soal perduitan udah membuatku pening, aku nggak baca RKA itu dengan serius. Dibacanya cuman ngecek ada typo apa nggak gitu. Kalo disuruh ikut rapat perencanaan dan keuangan, siap-siap aja aku bengong berjam-jam saking gak ngertinya.
Pas aku kerja di kantorku yang sekarang juga gitu. Udah ada berapa kali aku menolak tawaran dari pimpinanku untuk memegang posisi bendahara di kantor. Ada 3 kali kalo gak salah, alasannya dimulai karena lagi sibuk kuliah dan juga belum siap secara mental. Tapi pas tanggal 6 Agustus kemarin, itu adalah hari yang bener-bener mengubah hidupku dan mungkin saja akan menggeser mindset negatifku terhadap posisi ini. Keadaannya emang rada absurd sebenernya, bahkan sekarang pun aku pasti ngakak kalo mengingat kejadian beberapa hari yang lalu itu.
Aku ditunjuk menjadi bendahara tepat sehari setelah kepulanganku dari Jatinangor. Gile gak tuh, pikiranku yang masih dalam suasana euforia abis wisuda itu langsung dikejutkan dengan pernyataan pimpinanku kalo aku harus menggantikan bendahara lama yang kondisi kesehatannya lagi kurang sehat. Ditambah lagi, aku baru tau kalo kantorku ini mengalami keterlambatan pengajuan dana dan tertinggal jauh dari kantor lain.
Aku diangkat ketika kondisi keuangan kantor lagi chaos nan bronx. Oke sip.
Dengan kondisi harus kejar target dan pengetahuanku soal keuangan sangat minim -- bahkan nyaris jeblok, aku harus sering bolak-balik kantor dan bagian keuangan untuk menyelesaikan semua berkas yang dibutuhkan. Belum lagi gimana cara ngitung-ngitung anggaran belanjanya, tambah ngitung berapa pajaknya dan hal-hal lain yang sukses membuat kepalaku pening luar biasa. Bahkan aku bisa nggak masuk kantor beberapa hari karena aku "dinas dalam" alias pergi ke kantor lain seperti bagian keuangan kota karena diskusi dan melengkapi seluruh berkas. Gokil men!
Keadaan yang paling bikin aku pusing adalah pas tau kalo ada beberapa daftar anggaran itu terkesan tanggung dan gak masuk akal sehingga mau gak mau, anggaran itu nggak diserap alias nggak diambil duitnya. Aman kok, cuman kesannya jadi negatif aja jadinya karena terkesan nggak manfaatin anggaran dengan maksimal. Beuh, aku langsung ngeh kalo penyebab utama chaos itu karena perencanaan yang kacau. Dalam hati sih deg-degan, tapi mau gimana. Pada akhirnya kudu dilaksanain karena udah kadung dibuat dan bertekad harus ngerencanain lebih matang lagi buat tahun depan.
Tapiiii, meskipun kejadian pra-kegiatan itu bener-bener nguras keringat dan bensin, tapi kerja keras itu terbayar ketika kegiatan udah dilaksanain dengan sukses. Jujur, aku ngerasa lega banget pas acara udah selesai dan melihat peserta yang terlibat itu tersenyum dan mengapresiasi kegiatan yang kami buat. Tidak hanya itu, aku ngerasa ada banyak perubahan yang aku rasain selama menjadi bendahara yakni jadi lebih vokal, mulai belajar buat nyari link pihak ketiga, dan juga mulai belajar buat mengatur anggaran bersama dengan kolega dan pimpinan. Capek sih, tapi entah kenapa seru.
Aku akui, mindsetku terhadap posisi bendahara mulai berubah perlahan tapi pasti. Selama kita bekerja dengan jujur, ikhlas, dan sesuai dengan aturan, nggak bakalan tuh terjadi hal-hal mengerikan dan bisa dipertanggungjawabkan. Lalu, apakah bendahara akan menjadi posisi favoritku?
Ah, keknya sekretaris tetap di hati ya.... :')
0 Komentar