Sabtu pagi, Aldiana berjalan kaki menuju Lapang Merdeka di pusat Kota Sukabumi dengan pakaian training pack berwarna biru bergaris kuning. Gadis itu berjalan dengan penuh semangat karena ini adalah pertama kalinya Aldiana berolahraga di kota ini.
"Woaaaaah, lapangannya lumayan ramai--" gumam Aldiana bermonolog setelah melihat banyak orang yang sedang berolahraga. Ada yang jogging, ada yang jalan santai, bersepeda, dan olahraga lainnya. Setelah gadis itu melakukan pemanasan, akhirnya dia pun mulai berlari-lari kecil mengitari lapangan.
Ketika berlari, Aldiana memandangi seluruh situasi yang ada di depan matanya. Lapangan yang cukup luas dan ramai, beberapa bangunan bergaya kuno dan juga modern -- yang tampaknya, itu adalah bangunan yang baru selesai dibangun -- serta kegiatan masyarakat yang ada disana. Lagi-lagi gadis itu mengenang kegiatan olahraga paginya di Bandung, dimana dia sering melakukan jogging di Lapangan Gasibu atau jalan santai dari Gedung Sate menuju Braga bersama dengan teman-temannya.
"Hai! Sendirian aja?"
Suara itu mengejutkan gadis itu dan membuatnya menoleh ke belakang dengan spontan. Ternyata seseorang yang tidak asing bagi gadis itu tengah tersenyum lebar dan berlari di belakangnya.
"Bang Surya?!" pekik Aldiana tidak percaya. "Ngapain disini?"
"Gak lihat aku sedang apa?" tanya Surya balik. Aldiana hanya menunduk malu ketika seniornya bertanya seperti itu. Ketika suasana menjadi canggung, Surya kembali berbicara.
"Kamu jalan kesini sama siapa?"
"Sendirian aja, bang." jawab Aldiana pendek.
"Hahah, sama aku juga. Nanti barengan aja."
Bareng sama pak lurah? Wagile, pikir Aldiana. Gadis itu pun menatap pimpinannya itu dari atas ke bawah. Kaos oblong berwarna ungu tua dengan gambar tulisan grafitti, celana futsal berwarna kuning pisang list ungu, dan sepatu lari berwarna putih biru. Dia pun menggunakan tas pinggang berwarna hitam polos di sebelah kirinya. Dengan penampilan seperti ini, Surya lebih mirip seperti seorang mahasiswa daripada seorang Pegawai Negeri Sipil.
Aldiana mengangguk pelan dan mulai menyamakan langkah dengan Surya. Gadis itu cukup kewalahan karena langkah Surya yang cukup lebar.
"Bang, langkahnya gede banget! Padahal jogging lho!" ujar Aldiana spontan.
"Oh, sori sori. Kebiasaan." balas Surya sambil menyesuaikan dengan gadis berambut pendek itu. Sesaat Aldiana merasa malu karena menegur atasannya seperti itu. Mana lagi di luar pula!?
Kini bayangan Surya mengkoreksi dirinya tengah memenuhi pikirannya. Bagaimana ini? pekik Aldiana di dalam hatinya.
"Eh iya, nanti kamu gak keberatan kah?"
"Kenapa bang?"
"Ehm…." Surya terdiam sesaat sembari mengambil napas panjang saat berlari. "Nanti aku mau ke mal dulu. Kamu gak ada kegiatan yang mendesak, kan?"
"Ng-nggak kok!" jawab Aldiana singkat walau agak terbata-bata. "Aku sih oke-oke aja. Biar sekalian jalan-jalan nanti."
"Baguslah." ujar Surya sembari tersenyum lebar. Begitu Surya kembali berkonsentrasi dengan olahraganya, pikiran Aldiana menerawang. Berjalan-jalan bersama pimpinannya ini mungkin bisa menjadi kesempatan baginya untuk mengenal Surya lebih jauh. Wajar saja, Surya belum pernah memperkenalkan dirinya secara lengkap seperti yang Tirta lakukan saat Aldiana pertama kali datang ke kelurahan. Semua yang Aldiana tahu berasal dari Tirta maupun pegawai lain, bukan dari Surya sendiri.
~000~
To be continued
0 Komentar