Olahraga telah selesai. Aldiana dan Surya baru saja menuntaskan jogging mereka dan melakukan gerakan pendinginan di pinggir lapangan. Begitu selesai, Surya mengambil handuk kecil di tas pinggangnya itu dan mengelap wajahnya.
"Udah selesai? Kita langsung berangkat aja. Di mobil ada minuman kok." ujar Surya sambil mengalungkan handuk di lehernya. Aldiana mengangguk kecil dan mengikuti Surya di belakangnya. Ketika mereka sampai di jalan raya, Aldiana menoleh ke kiri dan kanan. Wuah ramai sekali, pikirnya. Banyak kendaraan lalu lalang dan sempat terhenti sesaat akibat angkot yang menurunkan penumpang. Setelah dirasa aman, Aldiana mulai menyebrangi jalan.
"Tunggu!"
Beberapa detik, tangan Surya menarik tangan Aldiana dan membuat gadis itu mundur seketika. Tubuhnya oleng dan nyaris terjatuh, jika saja Surya tidak menopang badan gadis itu dengan badannya sendiri.
Aldiana linglung ketika Surya menopang tubuhnya dan menatap wajah seniornya itu cukup lama. Surya pun melakukan hal yang sama, sembari bertanya dengan nada yang lembut.
"Kamu gak apa?"
Gadis itu mengangguk pelan. Namun begitu kesadarannya kembali, Aldiana melepaskan Surya dengan refleks dan memalingkan wajahnya. Sebentar, kenapa suasananya seperti adegan komik romantis!?, seru Aldiana dalam hati. Sementara itu, Surya hanya memasang ekspresi datar ketika gadis itu melepaskan dirinya.
"Kenapa abang narik badanku?" tanya Aldiana.
"Pas kamu mau nyebrang, ada motor yang nggak sempat ngerem. Nanti kamu ketabrak gimana?" tanya Surya mantap. Yang dibilang hanya menunduk sembari menggaruk lehernya dengan kikuk.
"Ayo nyebrang." kata Surya sambil menepuk pundak Aldiana pelan. Di jalanan yang mulai sepi, mereke menyebrang dan menghampiri mobil berwarna hitam milik Surya. Dengan sigap, Aldiana membuka pintu belakang dan hendak naik namun dihalangi oleh Surya yang berada di sampingnya.
"Kamu duduk di depan." ucap Surya mantap.
"Lha, kenapa?"
"Yah, gak ada salahnya buat duduk di depan, kan?"
Jawaban yang absurd, pikir Aldiana. Suka-suka gue dong mau duduk dimana?
"Ng, tapi aku terbiasa duduk di bela--"
"Aku mau ganti baju dulu disitu."
Aldiana mati kutu. Ucapan tadi membuat gadis itu mau tidak mau menuruti Surya. Akhirnya, Aldiana naik di bangku depan lalu duduk manis disitu. Sementara itu, Surya berada di bangku tengah dan mengambil kaos polo berwarna abu-abu di di atas bangkunya.
Suara pesan masuk terdengar di ponsel Aldiana. Dia pun membukanya dan menyadari jika itu pesan dari Timothy. Di saat itulah, gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati Surya baru saja melepas kaosnya.
"Bang, Moty nanyain soal surat kemarin." kata Aldiana singkat. Pemuda itu hanya memiringkan kepalanya dan memasang raut heran di wajahnya.
"Surat apa?" tanya Surya penasaran. Aldiana langsung menyerahkan ponselnya pada seniornya itu lalu langsung berbalik dan memalingkan pandangannya ke arah lain. Rona kemerahan memenuhi wajahnya saat ini dan membuatnya salah tingkah.
Ba-badannya bagus banget!, pekik Aldiana di dalam hatinya. Sebenarnya Aldiana sudah tidak aneh dengan pemandangan seperti ini, tapi kenapa dia deg-degan? Pelan-pelan, dia mengintip melalui spion dalam agar bisa melihat Surya namun sayang, pemuda itu mengetahui gadis itu sedang menatap spion itu.
“Kenapa?” tanya Surya singkat dan membuat Aldiana sempat gelagapan.
“O-oh, tadi ada seseorang di belakang mobil. Sepertinya dia sudah pergi…” jawab Aldiana ngeles. Surya hanya mengangguk pelan tanpa menyadari apa yang terjadi sebenarnya dan lanjut memakai kaosnya. Setelah selesai, Surya langsung pindah menuju kursi sopir dan mulai menyalakan mesin mobil.
“Hari libur begini malah nanyain surat. Ada-ada saja.” gumam Surya sambil fokus mengendarai mobilnya keluar dari parkiran. Ekspresinya datar, namun nada bicaranya terdengar seperti seseorang yang menggerutu. Aldiana hanya diam dan tidak merespon apapun, justru pandangannya menerawang ke depan.
Perlahan tapi pasti, mobil itu berjalan menuju tengah kota dan mengarah ke tujuan utama sang sopir kali ini.
~000~
To be continued
0 Komentar