Chapter 5 (section 4)


Aldiana sering ke mal, tapi tidak saat di Sukabumi. Walaupun gadis itu sudah tinggal di kota ini mendekati dua bulan, namun baru kali ini dia menginjakkan kaki di mal yang biasa disebut “Supermall” oleh warga kota itu. Aldiana lebih sering mengunjungi department store yang lokasinya berada di wilayah atas dari mal ini karena lebih mudah dijangkau dan juga harga barang yang ramah di kantong. 

Wajar kan punya pemikiran seperti itu? Namanya juga strategi ekonomi, begitu pikirnya. 

Gadis itu melangkahkan kaki ke dalam mal itu dengan ekspresi heran. Jika dibandingkan dengan mal yang ada di kota asalnya, Supermall ini tidak terkesan seperti sebuah mal pada umumnya. Sebenarnya gadis ini ingin sekali mengkritik keras soal ini, namun dia hanya bisa protes dalam hati karena memang beginilah adanya. 

“Hai, Aldi?”

Panggilan itu membuyarkan lamunan gadis itu dan menoleh ke sumber suara. Surya yang sedang menatap gadis itu hanya tersenyum geli melihat ekspresi Aldiana yang tampak linglung. 

“Habiskan ayam gorengnya. Gak enak kalo dingin.”

Aldiana pun mulai melahap ayam gorengnya,sementara itu Surya sedang menikmati root beer float yang sepaket dengan makanannya sembari menatap gadis itu makan. Tak lama, Surya mulai membuka percakapan agar suasana menjadi cair. 

“Aldi ini asli mana?” tanyanya membuka percakapan.

"Ehm, aku kelahiran Bandung, bang. Aku ada keturunan Bali sama Sunda gitu." 

Surya terpukau dengan jawaban itu. Dia pun langsung menimpali, "Keturunan Bali? Sama sepertiku juga…" 

"Maksud abang?" 

Surya hanya terkekeh pelan sambil menyeruput minumannya. Dia pun kembali melanjutkan, "Aku ada darah Bali juga. Kutai-Bali lah kira-kira." 

Aldiana terperangah. Dia baru mengetahui jika Surya adalah keturunan Kutai dan Bali. Cukup unik, pikirnya singkat. 

"Oh iya, udah kerasan di Sukabumi belum?" 

"Kerasan?" tanya Aldiana bingung. Surya hanya menggaruk dagunya sembari berpikir apa kalimat yang dapat dimengerti.

"Ehm, maksudku betah gitu."

Aldiana hanya memasang senyum kecil tanpa berkata apapun. Gadis itu dilema, apakah dia akan bercerita jika dia merasa tidak puas dan ingin pindah? Sepertinya tidak usah, dia tidak mau terkesan suka mengeluh pada seniornya ini.

"Yah, lumayan kok, bang." seperti itulah kalimat yang keluar dari mulut Aldiana.

"Ada rencana untuk kembali? Setau aku, yang angkatan sekarang itu kalo mau mutasi harus melewati masa kerja dua tahun." ujar Surya. Aldiana cukup takjub, seniornya ini cukup up-to-date untuk urusan kabar alumni kepamongprajaan. 

"Ng, mungkin? Aku tidak tau gimana nanti." jawab Aldiana sedikit mengambang. Surya hanya merespon dengan anggukan pelan.

"Aku berharap kamu bisa betah disini." kata Surya sebelum menghabiskan minumannya hingga tandas. Sesaat, Surya kembali melanjutkan, "Maklum aja, disini senior-senior aja jumlahnya nggak sampe ratusan orang, apalagi junior. Kemarin ada seniormu yang satu angkatan di atasmu tapi udah pindah karena menikah dengan teman angkatannya dari luar kota." 

Entah kenapa Aldiana merasa tidak enak ketika Surya berkata demikian. Secara tidak langsung, dia meminta Aldiana untuk tetap tinggal di kota ini karena masalah seperti itu. Bukankah itu wajar jika ada mutasi pegawai? Soal jumlah alumni atau apapun bukan jadi kendala seharusnya, apalagi masih ada PNS lainnya di kota ini, pikir gadis itu. Tapi rasanya sangat buruk jika harus diutarakan secara blak-blakan sekarang, apalagi lawan bicaranya ini adalah seniornya sendiri.

"Aldi?" panggil Surya yang membuat Aldiana tersadar dari lamunannya.

"Oh! Hm iya…" 

"Melamun terus…" gumam Surya sambil menepuk pundak Aldiana pelan. "Ayo dihabiskan! Kita akan pergi membeli stok buat di rumah." 

Gadis itupun mengangguk dan menghabiskan makanannya hingga tandas. Setelah itu, mereka pergi ke sebuah supermarket dan berbelanja keperluannya masing-masing seperti makanan ataupun alat mandi. Ketika berbelanja, Aldiana menatap Surya yang berjalan di depannya.

Aldiana penasaran, Surya itu menjalani hidupnya di kota ini seperti apa? Bisa menjadi lurah di umur segini dan juga di kota ini, seperti apa ceritanya? Tidak perlu menunggu, dia harus tahu ceritanya.

"Bang Surya…"

"Ya?" Surya menoleh ke sumber suara.

"Abang dulu pendaftaran mana?" 

"Aku? Pendaftaran dari Kaltim, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kenapa?" 

"Aku penasaran gimana cerita pas abang ditempatin disini pas awalnya." ujar Aldiana sambil memiringkan kepalanya. "Abang sempat syok gitu nggak?" 

"Sudah pasti ya kalo soal syok." ujar Surya sambil terkekeh pelan. Lebih ke syok soal lingkungan sih ya. Soalnya disini kan lingkungan Sunda banget, sementara aku sendiri dibesarkan di lingkungan Kutai. Aku aja butuh waktu buat bisa memahami bahasa Sunda dan baru bisa ngerti orang ngomong aja, kalo aku sendiri belum bisa ngomongnya." 

"Lalu sebelum jadi lurah, abang sebagai apa?" 

Surya menggaruk dagunya sesaat sebelum menjawab, "Aku sebagai staf bagian Tata Pemerintahan Setda dulunya. Ada sekitar 4 tahun kira-kira…" 

Dari staf lalu menjadi lurah? Itu terlalu cepat! Begitulah yang ada di pikiran Aldiana. Namun gadis itu teringat salah satu senior kontingennya telah menjadi lurah setelah setahun menjadi staf pelaksana di sebuah kota di luar pulau Jawa. Berarti itu memang wajar kan? 

"Lalu gimana? Suka dukanya sebagai lurah gitu?"

"Wah gimana ya--" pemuda itu tersenyum malu-malu saat ditanya begitu. "Banyak lah suka dukanya. Yang jelas, disini berkesan banget jadinya aku memutuskan untuk menetap di kota ini. Bisa aja sih kuceritain tapi keknya lebih enak pas lagi ngopi santai gitu." 

“Kak Tirta juga begitu? Aku jadi penasaran dengan cerita kalian deh.” kata Aldiana spontan. Surya hanya mengangkat bahunya sebagai respon. 

“Nanti kita obrolin pas kumpul bertiga aja ya.” 

Aldiana mengangguk mantap. Rasanya tidak sabar mendengar kisah suka-duka pimpinan sekaligus senior terdekatnya saat ini. Dia merasa, dia harus mengetahui seperti apa cara mereka menjalani hidup di kota ini dan alasan kenapa mereka menetap disini. Siapa tahu, Aldiana memiliki pandangan baru soal kehidupannya di kota ini. 


~000~


Chapter 5 - the end -

Posting Komentar

0 Komentar