Di twitter, aku sering lihat post yang berasal dari akun menfess yang berkaitan soal karya. Disana banyak para netizen dengan minat yang sama saling berkumpul dan berkenalan satu sama lain, lalu ketika aku melihat isi profilnya, hampir sebagian besar dari mereka mencantumkan umur mereka. Umurnya mereka kebanyakan masih di bawah 20 tahun alias masih abege, namun sudah memiliki beberapa karya yang peminatnya cukup besar -- malah besar banget yang cukup membuat akun minor minder maksimal (termasuk aku tentunya).
Apakah aku merasa minder? Tentu saja.
Anak sekecil ini makan apaan sih bisa sampe bikin artwork sedemikian hebatnya? Apa dia didukung penuh sama ortunya kek dibeliin art stuff yang harganya melejit atau diikutkan kursus? Aku di umur segitu aja masih nggak bisa kek dia! Begitulah isi kepalaku saat itu. Minder, malu, dan muncul rasa kompetitif yang bertentangan sama sifat asliku yang lebih suka damai dan santuy. Ditambah lagi dengan jumlah likes -- seperti yang pernah dibahas sebelumnya -- yang melebihi likes karya sendiri. Makin malu lagi deh, kek usia mudaku udah ditelantarin buat apa gitu.
Tapi coba deh dipikir-pikir lagi, mereka kan emang udah beda generasi. Masa remaja mereka sekarang itu teknologinya udah maju. Ponsel pintar udah dimana-mana, internet udah bisa dijangkau, tutorial pun banyak, mau pamer karya juga nggak susah. Kalo dibandingin sama aku di usia yang sama saat itu, jelas saja berbeda jauh. Ketika aku di usia mereka, mencari sebuah tutorial gambar itu bak mencari jarum di tumpukan jerami. Cukup sulit dicari, belum lagi ortu jaman dulu itu masih menganggap kegiatan kek gitu cuman kek main-main saja alias bukan dijadiin lahan pekerjaan yang menjanjikan. Untuk mencari kursus menggambar pun agak sulit di sebuah kota kecil. Jadi, aku belajar ngegambar melalui buku komik yang kubaca saat itu, yaitu Captain Tsubasa. Cara belajarnya juga masih kek tracing begitu deh. Kalo mau pamer karya, yang ada kudu dikirimin ke sebuah majalah dan hal itu untung-untungan juga -- bisa dipamerin ataupun tidak.
Dulu pernah sih dipamerin di mading sekolah pas SMP, tapi yang ada jadi bahan tertawaan gara-gara namaku yang ditulis sendiri sama kakak senior penanggungjawab mading. Namaku typo banget ah elah! Udah diketawain gara-gara pecinta Captain Tsubasa level menahun, trus sama typo nama. Ah sudahlah...
Aku gak tau sih ya, tapi keknya menuliskan umur di profil itu emang cukup mengintimidasi siapapun yang mampir ke profil. Reaksinya beragam, ada yang salut karena di umur segitu bisa bikin karya hebat, namun ada juga yang jadi insecure. Aku sendiri lebih memilih untuk tidak mencantumkan umur di dalam profil, apakah karena aku malu kalo umurku menjelang kepala tiga? Jawabannya tentu tidak.
Aku nggak nyantumin umur karena emang gak diharuskan, selain itu juga aku ingin siapapun yang mampir nggak merasa inferior dengan karya yang kupunya. Meski begitu, aku tetap mencantumkan nama pekerjaan yang sebenarnya di profil yaitu Gov Officer yang berarti PNS. Namun, berhubung di Indonesia lebih dikenal sebagai "Civil Servant" ketimbang "Gov Officer", kuharap yang pada mampir itu bisa ngeh sih ya. Wakakaka
Lalu di profil ditulisnya apa dong? Kalo versiku sendiri sih sudah pasti deskripsi pribadi yang paling penting aja, kek role-nya di akun itu sebagai apa. Misalnya kek aku disana nyantuminnya "hobbyist illustrator", kek gitu. Trus ya tambahin info lain yang dibutuhin kek nyantumin kontak kalo mau kolab atau komis, dan hal-hal lain. Umur? Nggak, gak usah. Biarkan orang lain menebak umurku berapa.
Aku sering nemuin di post artist support dan baca komen-komennya. Iya sih pada perkenalan tapi tak lupa nyebutin umur mereka. Ada yang 15, 17, 13, dan pokoknya di bawah angka 17 tahun deh. Aku kek, apa tujuan kalian nyebutin umur kalian? Aku ngerasa mereka itu terintimidasi sama komen-komen sebelumnya yang udah duluan nyebutin umur di perkenalan mereka. Apalagi di twitter tuh, dimana komennya bisa sekalian nyantumin karya masing-masing. Umur udah disebut, pamer karyanya yang paling imba. Gerah nih yang lebih senior dari dia tapi skill nggak kek dia. Beuuuuhhhh. Aku sih ikut perkenalan juga yak, tapi pantang bagiku buat nyebutin umur. Biarkan karyaku yang menjawab //tsaaah
Jadi, kesimpulan dari cuap-cuap ini adalah jaman emang udah beda. Kalo yang lebih muda cepat lebih maju, gak perlu berkecil hati. Jika memang timbul rasa minder, mulailah untuk belajar dan melatih diri agar lebih baik. Tapi inget satu hal, jangan dijadiin beban. Berkarya itu kudu tetap dibawa hepi dan dari hati yang terdalam karena bagaimanapun juga, karya yang paling berkesan adalah karya yang dibuat dari hati yang gembira. Salam super.
0 Komentar