Kisah pulkam saat pandemi (part 2)

 part 1 dibaca disini 

-------------------------------------------


Selama di Bali, kondisinya terlihat begitu sepi karena pembatasan kegiatan disana. Efek pandemi emang berdampak begitu besar disini sehingga yang biasanya ramai dengan banyak orang, ini begitu sepi dan hanya terlihat penduduk lokal saja disana. Keluargaku  pun gak begitu sering keluar karena kami lebih fokus untuk merapikan rumah baru kami dan keluar hanya untuk membeli keperluan rumah saja. 

Satu hal yang kuperhatikan dari penduduk disana adalah penggunaan masker mereka. Kuakui mereka begitu patuh dan tetap fashionable meski sedang menggunakan masker mereka. Apalagi mereka sebagian besar menggunakan konektor masker--sebuah tali yang dipasang di masker agar tidak mudah terlepas dan bisa digantung jika saat makan-- jadinya mereka nggak akan kerepotan dengan masker mereka ketika makan atau saat beribadah. Tidak hanya itu saja, kegiatan persembahyangan di pura pun dibagi tiap shift sehingga tidak begitu banyak orang di dalam pura. Jadi kek bergiliran gitu sembahyangnya. 

Lalu ada lagi nih, disana mulai banyak retail minimarket umum kek alfamart sama indomaret disana. Meski begitu, minimarket lokal kek Minimart dan minimarket lainnya tetap ada dan gak kalah lengkapnya kok. Malahan enaknya minimarket lokal itu menjual barang-barang tertentu yang gak ada di minimarket umum--bahkan bisa nemu bir disana! Wakakakak! Selain itu, udah mulai banyak yang berprofesi sebagai driver angkutan daring juga sehingga gak perlu repot-repot cari kendaraan lagi mengingat di Bali jarang (atau bahkan tidak ada) angkutan kota disana. 

Seminggu disana memang terasa lebih berkesan meski kegiatan kami nggak sebebas dulu. Mungkin karena kami sudah punya rumah sendiri sehingga kami lebih enjoy menikmati pulau dewata ini, mengingat kalo dulu tuh kami harus menginap di rumah nenek yang sangat jauh dari kota dan sangat terpencil. 

Posting Komentar

0 Komentar