![]() |
source: guidepost.org |
Sebagai pembukaan, kuceritain dulu kisah awalnya. Pada awal Agustus 2016, aku dan beberapa teman serta dua mahasiswa terpilih untuk mengikuti student exchange ke Burapha University, Thailand. Kampus yang berlokasi di Chonburi ini menjadi kampus kedua yang dijadiin lokasi pertukaran mahasiswa dari kampusku setelah Khon Kaen University di wilayah utara. Sebagai orang yang baru pertama kali pergi ke luar negeri, tentu saja momen ini gak boleh dilewatin begitu saja. Paspor udah ada, uang juga ada, dan beruntung atasanku ngasih izin buat ikut pergi kesana. Yihaaaaaa mari berangkaaaaaat!
Selama 10 hari disana, ada kegiatan khusus yang disebut special lecture. Ya namanya juga pertukaran mahasiswa antar kampus, rasanya gak afdol kalo nggak ada kuliahnya. Tapi tenang aja, nggak disuruh kuliah terus kok disana, ada juga acara jalan-jalannya. Asiknya itu karena segala akomodasi di Thailand itu ditanggung oleh pihak kampus sana, jadi kami bawa uang cuman buat beli oleh-oleh dan juga jajan.
Kali ini, aku membahas tentang special lecture yang emang spesial banget buatku tapi secara gak langsung bikin parno setelah tau kenyataan yang sebenernya. Special lecture itu berjudul "Road Safety and its Implementations: A Chonburi Experience" yang dibawakan oleh dosen sekaligus seorang polisi yang ganteng, Pol.Lt.Col.Waiphot Kulachai, Ph.D. Yap, sekarang ngerti kan kenapa kusebut spesial banget? Huehehehehe :D
![]() |
Suasana di kelas sebelum perkuliahan dimulai. Harus kenalan dulu karena tak kenal maka tak sayang //ea |
Kelasnya bener-bener hidup dan asik. Berhubung dosennya ganteng, muda dan gahoel, gak ada tuh kesan membosankan disana. Apalagi dosennya ini tau sedikit soal Indonesia karena pernah datang ke Indonesia beberapa waktu yang lalu, jadi makin nyambung obrolannya. Cuman yah, beberapa isi paparannya mencantumkan foto-foto kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Thailand tanpa sensor! Yah, jadi kami melihat korban tabrakan yang berlumuran darah, korban yang badannya kelindes truk, dan foto-foto lain yang bikin kami tutup mata saking ngerinya!
Berdasarkan paparan beliau, negara Thailand itu mendapat peringkat kedua di dunia dalam hal permasalahan lalu-lintas pada tahun 2015. Sesuatu yang nggak membanggakan sih, tapi faktanya orang-orang disana itu kalo nyetir cepet banget kek mau kejar setoran tapi boro-boro memperhatikan keselamatan diri. Bahkan faktor terbesar peningkatan angka kematian di negara itu berasal dari kecelakaan lalu-lintas! Yang mirisnya lagi, 80% kendaraan-kendaraan yang digunakan itu standar keamanannya nggak sesuai dan malah cenderung gagal. Lha, serem amat ya? Makanya kalo mau cari SIM di Thailand itu diperketat banget untuk meminimalisir kasus kecelakaan lalu-lintas. Ditanya-tanya dulu umurnya berapa dan kendaraannya jenisnya apa, kira-kira seperti itu.
Kalo di tingkat ASEAN, Thailand menempati urutan pertama dalam urusan traffic problem-nya. Yang cukup mengejutkan, Indonesia berada di peringkat ketujuh dari 10 negara ASEAN. Weh serius? Selintas aku membayangkan kondisi jalan di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya yang macetnya bisa bikin pusing kepala, apa kabar dengan kota-kota di Thailand (contohnya kek Bangkok)? Seakan bisa membaca rasa penasaran kami, akhirnya dosennya cerita kalo macetnya Bangkok emang bisa bikin stres dan tuwir di jalan. Waduh...
Satu hal yang bikin bapak dosen ini takjub dan memuji sama orang Indonesia, yakni karena safety-nya. Dipajanglah foto pengendara motor yang berjubel di Jakarta tapi pake helm semua di salah satu halaman paparannya. Hidung kami auto kembang kempis pas ngedenger itu. Bangga dong jadi orang Indonesia! Akhirnya salah satu temanku bercerita tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang keselamatan berkendara di Indonesia ke dosen itu. Dosen itu manggut-manggut sambil berdiskusi dengan kami karena tertarik dengan kondisi lalu-lintas di Indonesia.
Selama perkuliahan ini, aku langsung teringat kejadian sehari sebelumnya. Malam itu kami sekelompok lagi leyeh-leyeh di kondominium mahasiswa setelah selesai makan malam sambil menonton tayangan sinetron Thailand yang nggak kami mengerti. Pada saat itu muncul chat dari rekan pendamping kami kalo mereka pengen ngajakin kongkow di sebuah kafe di luar kampus. Wah, kesempatan bagus nih buat nyobain kongkow di kafe selama di Thailand. Akhirnya kami semua ikut pergi dengan menumpang sepeda motor milik mereka.
Waktu itu aku berangkat bersama Jan dan Kris, dua teman Thailand sambil naik motor matic milik Kris. Motornya kek motor merek Vario, cuman namanya lain. Aku lupa namanya apa. Posisi duduknya kami lucu banget, Kris di depan karena dia nyetir, aku di tengah, lalu Jan di belakang dan kami gak pake helm. Wuaduw, gak di Indonesia, gak di Thailand, tetep ada formasi 'cabe-cabean' kalo naik motor!
Pas jalan, motornya dipacu dengan kecepatan yang mayan kenceng. Buatku yang sering ngebut pake motor sih santai aja, tapi begitu ada lubang di jalan, bukannya ngerem pelan-pelan malah dilewatin gitu aja tanpa ngerem! Alhasil kami bertiga loncat semua sambil pegangan. Wagelaseh, kalo kami kehilangan keseimbangan, bisa berabe nih! Mana gak pake helm juga, ngeriiiii! Untungnya sih sampe ke kafe dengan selamat dan menikmati milkshake terbaik di kafe itu sembari wefie.
Jadi setelah aku mendapat perkuliahan ini, aku langsung parno kalo lihat kendaraan-kendaraan yang melintas selama tinggal di Chonburi. Ternyata emang gitu kenyataannya, sodara-sodara. Masih banyak pengendara motor yang cuek banget gak pake helm. Pake helm cetok itu udah bagus banget. Trus naiknya sampe bertiga atau berempat, persis kek di pinggiran kota atau wilayah rumahku sendiri yang emang masih suasana kampung. Bahkan setelah perkuliahan usai dan kami keluar dari gedung kampus, salah satu temanku nyaris diserempet sama mahasiswa lain yang naik motor gak pake helm dan formasi 'cabe-cabean'! Alamak!
0 Komentar