source: https://s3.amazonaws.com/tinycards/image/a6cfa5d45867a65c94fd9a2680d31ba2 |
Semasa kecil, aku sangat suka berkirim surat baik ke saudara jauh maupun ke sahabat pena. Meskipun aku sudah mengenal SMS saat itu, namun sensasi menulis surat dan pergi ke kantor pos benar-benar kunikmati. Saat SD, aku sering berkirim surat dengan sepupuku di Bali. Obrolan kami beragam, dari sekedar basa-basi hingga membahas soal produk cologne gel yang kami pakai waktu itu. Lalu kebiasaan itu nggak berlanjut karena terlalu sibuk dan sudah memiliki hape masing-masing untuk berkirim SMS.
Kebiasaan surat-menyurat ini kembali terulang ketika aku duduk di bangku SMP. Aku menanyakan alamat rumah pada salah seorang teman forum yang juga sesama fans Captain Tsubasa -- anime genre sport legendaris yang jadi salah satu tontonan wajib anak-anak taun 90-an bernama Ana di sebuah e-mail pribadi. Dia yang woles banget akhirnya menuliskan alamat lengkapnya hingga postal code-nya. Di saat itulah, aku mencoba menulis surat dengan kemampuan bahasa inggrisku yang seadanya dan mengirimnya melalui kantor pos. Aku masih ingat persis berapa tarif pengiriman surat dari Sukabumi-Spanyol itu (serius lho, Spanyol!) yakni seharga 25 ribu rupiah, lima kali lipat dari uang saku waktu itu. Waktu itu sih, aku ngirim surat kesana karena iseng doang, tapi seminggu kemudian ada tukang pos datang dan memberikan surat untukku yang datang dari Spanyol! Beneran dibales dong! Astaga!
Dari situ, mulailah saling berbalas surat dan sering menggunakan kertas binder yang lucu-lucu. Bahkan pernah sekali aku melipat suratnya seperti origami, biar kesannya lucu tapi (sok) misteri gitu. Bahkan kami berdua sempat mengirim foto pribadi masing-masing. Saat aku mendapatkan fotonya, aku melihat sosoknya sebagai cewek brunette yang manis bersama dengan teman-temannya yang cantik dan tampan. Wah, orang Spanyol cakep-cakep yak? Aku jadi agak minder karena pas aku kirim fotoku yang terlihat kucel dan baru nginjek pubertas -- keliatan dari jerawatnya yang gede-gede! Namun sayang, aku gak melanjutkan surat-menyuratnya karena ditegur sama mama yang terlalu boros karena bolak-balik kantor pos. Yah. :'( Tapi aku masih nyimpen fotonya deh keknya. Hope to see you again, Ana!
Semenjak e-mail, media sosial dan aplikasi chatting mulai eksis, kebiasaan surat-menyurat semakin ditinggalkan. Kalopun pake jasa pos, itupun buat ngirim barang doang. Apalagi sekarang udah ada fitur video call, temen yang jauh di ujung dunia aja bisa saling tatap muka melalui komputer ataupun hape. Perlahan surat-menyurat mulai ditinggalkan dan keknya lucu aja gitu kalo masih ada yang berkirim surat di masa sekarang. Kan udah ada aplikasi chat kek Line, WhatsApp, KakaoTalk, dll? Kan sudah ada media sosial? Ngapain kirim surat lagi? Kek gitu.
Aku mulai berkirim surat lagi saat akhir tahun kemarin. Saat itu aku iseng-iseng mengikuti Holiday Card Project yang dicanangkan oleh deviantArt Corp, sebuah perusahaan yang memiliki art portofolio website paling terkenal sedunia, deviantArt.com. Setiap menjelang akhir tahun, perusahaan ini akan mengumpulkan kartu pos (beserta ucapan selamat liburan) dari seluruh dunia dan membagikannya untuk para pasien penyakit berat yang sedang dirawat di rumah sakit. Katanya sih biar para pasien itu senang dan bisa merasakan sensasi liburan meski masih terbaring lemas di rumah sakit. Makanya ada aturan dimana kita gak boleh membubuhkan kata-kata seperti "get well soon" atau kata-kata yang bermakna prihatin dengan penyakit mereka. Cukup menuliskan kata-kata positif atau hanya sekedar menuliskan "happy holidays!" beserta nama dan negara kita selaku pengirim kartu. Kartu posnya bisa apa aja, mau hand-made ataupun kartu pos yang dibeli di minimarket.
Waktu itu aku termasuk telat ngirimnya, karena aku mengetahui event itu pas H-3 sebelum batas pengumpulan terakhir. Sambil ngubek-ngubek postcard yang pernah kucetak beberapa waktu lalu, akhirnya aku memilih kartu pos dengan gambar Kazamatsuri Kouri, original character punyaku yang kubuat dengan cat air sebanyak dua buah. Tak lupa tulisan happy holidays! beserta namaku dan nama negaraku di postcard-nya. Pas kucek alamat tujuannya, ternyata alamatnya di Hollywood, Amerika Serikat! Omegeh! Aku auto keder.
Pas jam makan siang, aku pergi ke kantor pos dan ikut ngantri buat pengiriman surat dan paket. Ekspektasiku sih nggak terlalu mahal lah ya, mentok-mentok maksimal seratus ribu rupiah kali ya. Begitu ditanya ke teteh petugasnya, aku syok sendiri. Tarifnya mencapai Rp.240.000,- sekali kirim! Padahal itu cuman dua kartu pos dengan selipan kertas bertuliskan akun deviantart milikku. Apa kabar kalo ngirim paket? Mungkin bisa sampe jutaan!
Sadar kalo uangku mepet banget, akhirnya aku sempetin pergi ke ATM dulu buat ambil ongkos tambahan. Begitu selesai ngirim, aku pun menerima struk kuning yang jadi bukti pengiriman. Katanya sih maksimal sampe disana itu 10 hari. Di saat itu, dengkulku auto kopong. Udah pasti telat sampe ke alamat tujuan, trus gak yakin surat ini bakalan sampe kesana atau nggak. Akhirnya aku pulang sambil berharap semoga aja suratnya sampe kesana. Soalnya udah keluar duit nyaris seperempat juta, cuy. Ogah rugi!
Tapi emang rezeki gak kemana, pihak deviantArt Corp mengabarkan kalo surat-surat yang telat masuk itu bakalan diikutkan di Holiday Card Project di tahun berikutnya dan mereka tetap mengirimkan reward berupa Core Membership -- sebuah premium membership gratis selama sebulan ke semua partisipan. Begitu tau akunku dapet reward itu, berarti suratku sampe kesana dengan selamat! Yay, rekor ngirim surat sampe ke Amrik! //bangga
Aku jadi kepikiran, apakah aku akan mencoba surat-menyurat lagi pada teman dekatku? Jadul banget sih emang, tapi entah kenapa ada kesan tersendiri untukku. Dari situ, kita bisa cerita banyak sampe kek nulis esai ilmiah, menghias kertas dengan dudelan lucu, atau malahan sekalian ngirim pernak-pernik khas tempat tinggal kita sebagai cindera mata. Sebuah kesan yang tentu saja gak bakalan didapetin pas chatting melalui media elektronik.
0 Komentar