source: blogspot.com |
Meski aku pernah bertugas sebagai staf pribadi pejabat, bukan berarti aku sering diajak dinas luar untuk mendampingi sang pejabat. Atasanku waktu itu cukup independen dan beliau pergi dinas luar hanya dengan supirnya saja. Lalu apa kabar staf pribadinya? Yah, cukup jaga kantor aja, siapa tau ada surat-surat penting yang datang ketika sang pejabat lagi gak ada di tempat. Tapi untuk kali ini, beliau mengajakku dan temanku pergi ke Sulawesi Utara, tepatnya ke daerah Tampusu -- dimana terdapat kampus regional disana. Alasannya simpel, waktu itu atasanku mendapatkan tugas sebagai pelaksana tugas direktur kampus regional Sulawesi Utara itu sehingga dia perlu meninjau kampus itu untuk pertama kalinya. Apakah aku senang? Malahan aku merasa mixed feeling karena pertama kalinya melakukan perjalanan dinas bersama atasanku ini.
Saat itu kami telah sampai di Manado dan menginap di rumah indekos milik atasanku itu. Besoknya barulah kami pergi ke Tampusu menggunakan mobil pribadi milik atasanku itu. Ternyata jarak Manado-Tampusu ini memakan waktu sekitar dua jam -- hal yang masuk akal jika kami harus berangkat subuh dari Manado -- dan jalannya berliku-liku. Sampai disana, kami bisa melihat-lihat keadaan kampus dulu sebelum akhirnya atasanku mengambil apel pagi mahasiswa disana.
Wilayah kampus regional itu luas banget, mungkin hampir sama seperti kampus pusat. Namun karena lokasinya jauh dari keramaian dan jarak antar gedung yang sangat jauh, kesannya kampus ini lebih luas. Hanya saja, kampus ini sering dijuluki sebagai Silent Hill dan Kampus di atas awan karena faktor alam disana. Gak percaya?
Aku gak begitu paham kampus ini ada di ketinggian berapa, tapi dari gedung sekretariat, kita bisa melihat danau yang sangat indah. Tapi sayangnya di area kampus itu lebih sering kondisi berawan dan sering turun kabut, terutama saat malam hari. Udaranya juga dingin banget, bahkan selama aku disana hampir gak pernah berkeringat meskipun aku melakukan banyak kegiatan disana. Disini juga sering terjadi hujan badai sehingga tidak aneh jika beberapa gedung disana mengalami kerusakan yang cukup serius.
Yang paling menguatkan kesan Silent Hill itu ya pas kondisi turun kabut itu. Jarak pandang saat turun kabut itu bisa sampai sekitar dua ataupun tiga meter saja. Gedung-gedung saja gak keliatan bentuknya kek gimana, palingan hanya cahaya lampu saja sebagai penanda kalo ada bangunan disana. Ditambah lagi, disana minim air karena mereka bergantung dengan kiriman air dari kota. Jadi aku bisa paham kenapa teman-teman disana punya banyak ember yang ukurannya gede-gede, bahkan sampe punya beberapa galon kosong yang nanti bisa dipake buat menampung air baik dari air kiriman maupun air hujan. Kalo sinyal hape, cukup sulit dan wi-fi yang cukup bagus hanya ada di gedung sekretariat. Belum lagi dengan listrik yang kadang-kadang byar pet alias pemadaman listrik. Aku salut sama teman-teman dan junior-junior yang tinggal disana, seriously. Untungnya selama dinas luar kesana, aku gak pernah nginep di kampus itu. Pasti kami akan kembali ke Manado dan makan malam disana. Emang sih resiko bangun subuh terus, tapi itu lebih baik rasanya untukku. :')
Well, sudah tiga tahun berlalu. Apa kabar kampus disana ya? Aku cukup merindukan pemandangan alamnya yang masih asri dan segar, terlepas dari dingin dan kabut tebalnya disana. Malahan aku belum sempat mampir ke beberapa tempat yang bagus selama disana. Kira-kira kapan lagi ya bisa kesana, tentu saja karena untuk liburan. Hehehe...
0 Komentar