Chapter 4 (section 4)


“Kami kembali!”

Suara Timothy sukses mengejutkan Aldiana saat itu. Timothy dan Bu Eneng masuk ke ruangan pelayanan dan menatap Surya cukup lama ketika mendapati pimpinannya tengah sibuk dengan ponselnya. 

"Teh, bapak udah lama duduk disitu?" tanya Timothy berbisik di telinganya Aldiana.

"Errrr, gak juga sih." jawab Aldiana sedikit bergidik karena geli. "Moty, agak jauh atuh. Geli uy…."

"Bapak, saya beliin buat ngaliwet ni. Yuk ah ngaliwet!" kata Bu Eneng antusias sambil mengangkat tas plastik berwarna bening yang berisi beberapa bahan. Surya memandang ke arah Bu Eneng sambil tersenyum kecil.

"Yuk! Tapi pak seklur belum kesini ya? Padahal rame kalo ada dia mah." ujar Surya sambil menggaruk pipinya pelan dan yang lainnya mengangguk lemah. Aldiana yang penasaran pun bertanya pada Surya.

"Emangnya kenapa sama pak seklur?" tanya gadis itu.

"Oh, itu--" 

"Pak seklur jago masaknya, neng!" potong Bu Eneng mendadak sambil menunjukkan ekspresi cerianya. "Udah ganteng, gagah, bisa masak pula! Enak lho masakannya! Duh kalo ibu masih lajang mah, pengen da punya suami kek gitu!"

Dua laki-laki yang berada di ruangan itu terbahak ketika mendengar pernyataan spontan Bu Eneng tadi. Aldiana pun tertawa kecil sembari mengangguk pelan. Sebagai seorang wanita, itu adalah pikiran yang sangat wajar ketika mereka melihat seorang pria dengan berbagai macam kelebihannya -- apalagi kalo kelebihannya di bidang memasak. Seksi gimana gitu. Bahkan Aldiana pun tidak menampik jika dia menyukai tipe pria yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti itu. 

"Kalo pak lurah bisa masak juga?" tanya Aldiana lagi. Yang ditanya hanya menggaruk leher belakangnya dengan malas dan mengalihkan pandangannya.

"Bisa, masak air palingan." jawabnya singkat.

"Kalo teh Aldi bisa masak?" tanya Timothy mendadak. 

"A-ah! Hmmmm, bisaaaaaaa……." jawab Aldiana sambil memanjangkan suaranya. Meskipun dia menjawab seperti itu, hatinya cukup kebat-kebit karena kenyataannya dia tidak pandai memasak. Yang bisa dilakukan baginya hanyalah merebus air untuk menyeduh minuman hangat ataupun mie instan. 

“Kalo gitu, neng bisa dong bantuin ibu masak?”

Pertanyaan itu membuat Aldiana terdiam seribu bahasa. Entah bagaimana caranya dia menanggapi hal itu dengan baik namun tidak membuka kenyataan jika dia tidak pandai memasak. Sekilas gadis itu melirik ke arah Surya dan mendapati jika lurahnya itu tengah menatap dirinya dengan intens. 

Mampus, dilihat pula!, pekik Aldiana dalam hati. Karena gugup, Aldiana pun mengangguk dengan spontan dan membuat Bu Eneng senang bukan main.

“Wah asik nih! Sekarang ibu punya asisten nih pas masak-masak! Nggak ada pak seklur, neng Aldi pun jadi!”

Oh tidak! Lagi-lagi Aldiana memekik dalam diam. Walau dia tidak berbicara apapun, ekspresi Aldiana pun tidak bisa berbohong. Wajahnya menunjukkan ekspresi bingung dan semakin parah ketika bu Eneng menggandeng tangannya dan berjalan menuju dapur. Ketika berjalan, gadis itu menoleh ke belakang. Ekspresinya semakin kacau ketika mendapati lurah dan rekan kerjanya itu tersenyum geli seakan-akan tengah menertawakannya. 

~000~


Chapter 4 -END-

Posting Komentar

0 Komentar