“Lah, besok udah mau tanggal 24 aja.”
Surya tertegun ketika melihat kalender bergambar gerbang kampus di kaki Gunung Manglayang yang terpasang di tembok yang bersebelahan dengan kursinya. Dia baru saja selesai menerima tamunya yang menjadi narasumber di kegiatan Musrenbang kelurahan tadi dan sengaja melihat kalender untuk mencari tahu ada agenda apalagi untuknya, namun dia tidak menyangka jika keesokan harinya adalah tanggal sakralnya.
Ulang tahun yah...
Terakhir dia merayakan ulang tahun pas hari H itu ketika dia pulang cuti natal tiga tahun yang lalu. Di saat itu, Surya masih bekerja sebagai staf bagian Tata Pemerintahan sehingga waktu liburannya tidak terganggu dan masih bisa pulang ke Kutai Kartanegara -- kampung halamannya -- tanpa terbebani dengan apapun. Begitu dia promosi menjadi lurah, dia tidak bisa seenaknya pulang kampung karena masih ada tanggungjawab sebagai kepala wilayah.
Bisa dibilang, Surya melewatkan momen ulang tahunnya sendiri selama dua kali. Dia selalu mendapatkan ucapan ulang tahun, namun itu semua didapatkan melalui laman chat ataupun sebuah panggilan video. Cukup memprihatinkan, apalagi Surya lebih suka mengatakan langsung ketimbang lewat chat. Rekan-rekan di kantornya juga lebih memilih untuk mengucapkan selamat ulang tahun melalui group chat, itu pun hanya beberapa orang saja.
Surya bukan orang yang gila ucapan ulang tahun, tapi setidaknya boleh dong berharap?
KLEK!
“Sur…”
Lamunan Surya buyar begitu saja ketika pintu ruangan terbuka dan Tirta masuk ke dalam ruangannya. Sang pemilik ruangan hanya memandangi rekan seangkatannya yang duduk di kursi tamu dan menyandarkan badannya dengan santai.
“Kenapa, Sur?” tanya Tirta yang sadar jika dirinya tengah dipandangi oleh Surya.
“Ketok pintu atau salam dulu kek--” gumam Surya gusar. “--bikin kaget, tau!”
“Ey, saya dah ketuk pintumu berapa kali, eh? Kamu yang ndak dengar…” balas Tirta sedikit sewot. Surya langsung kicep begitu diberitahu hal tersebut.
“Serius?”
“Iya lah!”
“Waduw, sori men…” gumam Surya menyadari kekeliruannya. “Gak kedengeran tadi, suer!”
Tirta hanya menghela napas panjang. Dia pun melipat tangannya di dada dan menatap Surya lurus, “Eh, besok ada acara gak?”
“Acara? Kan besok itu monitoring ke gereja, tho?”
“Emangnya kamu dah dapet jadwal ibadah gereja di wilayah kita?” Tirta malah bertanya balik. “Santai aja sih, Sur. Nikmatin hari libur dong, masa kerja terus?”
“Iya sih--”
“Nah, saya tanya lagi. Besok ada acara nggak?”
Surya menerawang jauh sebelum akhirnya menjawab. “Gak ada sih keknya. Aku mau istirahat aja di rumah.”
“Hooo.” Tirta mengangguk pelan. “Saya ada niatan buat ngajakin kamu main ke rumah atau kalo nggak kita berdua nongkrong dimana gitu. Di kafe misalnya. Gimana?”
“Kok kedengerannya kek kencan ya?”
Tirta menatap Surya dengan tatapan tajam khasnya dan membuat Surya jiper. Tak lama, dia pun mengangguk pelan sebagai respon.
"Keknya ke kafe boleh deh. Kafe mana nanti?" tanya Surya.
"Ke Kafe Lampion aja palingan." Tirta tersenyum ketika Surya merespon ajakannya dengan baik. “Nanti saya kontak kamu lho ya. Beneran ya?”
“Iya iya…” Surya hanya mengangguk lagi dan begitu seluruh obrolan itu usai, Tirta keluar dari ruangan itu dan berjalan ke arah ruangan staf. Disana seluruh pegawai sudah menunggu jawaban Tirta dengan penuh harap.
“Gimana pak?” tanya Timothy.
“Yah, dia akan datang. Jadi tolong persiapkan ya.” jawab Tirta singkat dan membuat semua pegawai tersenyum lebar. Saatnya merencanakan kejutan spesial untuk Surya!
~000~
To be Continued
0 Komentar