#UltahAldiana0205 (section 2)



Tanggal 2 Mei.

Semuanya berjalan begitu normal.

Upacara Hari Pendidikan Nasional dilakukan di Lapang Merdeka dengan menggunakan seragam batik berwarna biru lautan dengan lambang Korpri sebagai motifnya -- sebuah seragam yang hanya digunakan setiap tanggal 17 dan hari besar nasional. Berhubung instansi tempat Aldiana bekerja mewajibkan seluruh pegawainya untuk ikut serta, mau tidak mau seluruh pegawai harus ikut upacara dan hanya satu orang menjadi penjaga kantor. Aldiana awalnya ingin sekali menjadi penjaga kantor untuk hari ini, namun dia mengurungkannya karena tidak mau jadi sasaran ceramah sang lurah di hari sakralnya. 

Begitu selesai upacara pun, semuanya berjalan dengan sangat normal. Pelayanan administrasi cukup ramai karena banyak yang mengurus surat keterangan untuk keperluan daftar sekolah kedinasan. Belum lagi mendengarkan ghibah berkedok curhat ala Timothy mengenai keadaan terkini.

Begitu berwarna bukan? Tapi tentu saja, tidak ada tanda-tanda jika para pegawai menyadari jika hari ini adalah hari ulang tahun Aldiana. Gadis itu benar-benar pasrah, mungkin sore ini dia akan ngacir ke mekdi dan membeli paket paling mahal hanya untuk dirinya sendiri atau pergi ke department store untuk membeli barang-barang yang dia suka. 

Suara notifikasi khas yang menandakan ada pesan masuk terdengar begitu pelan. Beruntung ada dukungan mode getar sehingga sang pemilik ponsel bisa langsung menyadari meski suaranya sayup-sayup. Aldiana mengambil ponsel di sakunya dan mengecek siapa pengirimnya. Namanya sangat tidak asing baginya -- “Pakdok”. Itu adalah panggilan sayang untuk sang kakak semata wayangnya di Bandung. 

[Selamat ulang tahun, ceu Aldi. Makin tuwir aja ni eceu. Moga makin berjaya dan berbakti pada keluarga dan nusa bangsa yak. Didoakeun tah maneh ku urang!]

Alis Aldiana berkerut. Isi pesan yang cukup absurd di akhir kalimatnya, tapi gadis itu cukup senang. Kakaknya tidak melupakan hari terbaiknya meski dia sangat sibuk dengan kegiatannya saat ini. Selang beberapa menit, muncul pesan baru yang berasal dari Syifa, sasuh terbaiknya. Dia pun mengecek isi pesannya -- dua pesan teks dengan seluruh hurufnya di-capslock dan penuh dengan emotikon berjubel dan satu pesan suara yang berdurasi semenit lebih -- sambil menggaruk dagunya yang tidak gatal. Tahun-tahun sebelumnya, Syifa akan memberinya kejutan dengan menyanyikan sebuah lagu spesial untuk Aldiana. Rasanya agak lain ketika tahun ini dia mengirimkan lagu spesialnya secara daring. 

[HA-PI-BA MY GURL!!! AYYYYYY SENANGNYA SASUH AWAK NI ULTAH HARI NI! SEHAT PANJANG UMUR DAN SUKSES SELALU! JANGAN LUPA UNDANGAN NIKAHNYA! WAKAKAKAKAKAKA! NIH ADA LAGU SPESIAL EDISI TAHUN INI BUATMU!!!!]

Apes baginya, lagu itu tidak bisa didengarkan jika tanpa headset dan hari ini Aldiana melupakan barang satu itu di kostnya. Dia tidak mau membuat satu kantor geger dengan nyanyian sasuhnya itu. Syifa adalah penyanyi terkenal di angkatannya dan dia ingin menjadi the one and only pendengar lagu spesial ini. Kapan lagi dapet lagu ulang tahun dari sang diva angkatan secara pribadi?

“Teh Aldi! Teteeeeeh!”

Suara serak basah itu mengejutkan Aldiana yang masih fokus dengan isi chatnya. Pandangannya mengarah ke atas dan melihat rekan kerjanya yang tersenyum cerah. Ekspresinya itu mengingatkannya dengan salah satu tokoh di film dorama yang baru ditontonnya semalam. 

“E-ehm, ada apa?” sapa Aldiana tengsin. Satu tangan langsung menyembunyikan ponselnya di saku bajunya dengan sigap.

“Heuuuu, dari tadi udah dipanggil malah gak ngejawab.” balas Timothy sambil menunjukkan ekspresi merajuk. “Aku mau kasih tau kalo nanti teteh ikut sama aku dan pak seklur ya!”

“Hah bentar, mau kemana sih?”

“Ada deh. Ikut ya nanti! Gak boleh pulang dulu lho!”

Aldiana menatap Timothy yang menyeringai begitu lebar. Mencurigakan, pikir gadis itu dan memasang ekspresi sangsi.

~000~


to be continued

Posting Komentar

0 Komentar