Petualangan ngambil ijazah (?)

 

source: dokumentasi pribadi


Yang namanya ngambil ijazah tuh terjadi setelah acara kelulusan tiap sekolah maupun perguruan tinggi. Syarat pengambilan ijazah adalah memenuhi syarat administrasi yang diterapkan oleh sekolah/perguruan tinggi yang bersangkutan. Kalo di perguruan tinggi, syarat administrasi yang dimaksud adalah penerbitan jurnal nasional, sebuah ringkasan karya ilmiah yang dibuat, serta karya ilmiah yang sudah direvisi beserta tanda tangan para dosen, baik dosen pembimbing maupun dosen penguji. 

Sebenernya hal yang udah disebutin di atas sangatlah simpel -- palingan lama nungguin jurnalnya terbit aja karena biasanya terbit sekitar 6 bulan-an, namun buatku itu adalah perjuangan. Yah, karena keburu mager dan terlalu nyaman dengan pekerjaan baru, akhirnya tesisku terbengkalai nyaris dua tahunan. Setelah diteror habis-habisan sama orang rumah, akhirnya aku harus bergegas menyelesaikan administrasi itu! Beruntung sekali, adekku mau bantuin nyari penerbit yang bisa nerbitin jurnal nasional dalam waktu sebulan. Begitu terbit, akhirnya tantangan terakhir harus dijajal dan mengingatkanku dengan kejadian di artikel ini. Mau tau kek gimana? Cekidot!

Hari pertama

Hari itu hari yang sangat membagongkan untukku seumur hidup--malahan lebih parah daripada pas aku kejar tandatangan untuk sidang. Aku ke kampus bersama dengan kedua orangtuaku. Ya, kedua orangtuaku. Kalian gak salah baca, mereka benar-benar ikut hanya demi nganterin aku ke kampus dan ngambil ijazah. Awalnya aku sangat gak berkenan ketika mereka ikut karena dijamin bakalan penuh drama dan gak bakalan selesai hari itu juga, toh aku gak mau menempatkan ortu sendiri dalam kondisi seperti itu. Tapi karena mereka memaksa dan beralasan gak mau membiarkan aku menyetir sendiri, ya sudah aku nyerah. Yep, lebih takut ortu ketimbang dosen. Ckckck.

Benar saja, ekspektasi untuk bisa mendapatkan tanda tangan itu dihantam oleh realita. Hari itu adalah hari tersibuk di kampus karena orang-orang yang kutemui sibuk dengan rapat dan juga pekerjaan di luar kampus. Untungnya, dua dosen penguji berhasil menandatangani tesisku dengan mudah meskipun harus dikejar sampe ke rumahnya pas sore hari. Namun yang paling parah justru pada dosbingku sendiri karena aku disambut dengan tidak baik--nggak ramah, dimarahi habis-habisan dan dikata-katain, serta mengadu ke bagian tata usaha di program pascasarjana melalui telepon pas aku masih ada di hadapannya. Well, aku sangat paham kalo aku sangat bersalah karena 'menghilang' begitu lama dan ujug-ujug muncul hanya untuk tanda tangan revisi tesis, tapi tegurannya sungguh luar biasa di luar dugaan. Beruntung, yang bersangkutan masih menandatangani tesisku meski masih bercuap-cuap dan meledek jika aku adalah 'penghancur kampus'. Saat kubawa buah tangan yang sudah diniatkan begitu lama, yang bersangkutan tidak berterimakasih. Well yea, ngasih buah tangan ketika lawan bicara masih 'panas' memang bukan ide yang bagus sih. Tapi karena sudah niat dari lama, rasanya gak afdol kalo malah dibawa balik. Akhirnya aku berbesar hati, untung beliau tetap ngasih tandatangan karena yang kutau dari oranglain, ada dosen yang lebih ganas dari itu. Phew...

Imbas dari kejadian itu sudah jelas, staf TU menyarankan aku untuk tetap mengejar dosen lainnya dan kembali keesokan harinya. Aku sih gak masalah, tapi bagaimana dengan penumpang yang kubawa? Otomatis kabar ini sangat mengecewakan ortuku yang sudah menyempatkan diri (malahan sampe izin gak masuk kantor) untuk ikut kesini. Tapi mereka tetap menyemangati aku untuk mengejar sisa tandatangan dan bersedia menemaniku sampai selesai. Dua konfirmasi dari dosen lainnya untuk esok hari sungguh menjadi angin segar buatku. Akhirnya aku berangkat lagi keesokan harinya...

Hari kedua

Salah satu dosbingku berkata jika beliau berada di kampus cabang di Cilandak, Jakarta Selatan untuk menguji sidang S2. Hal itu sangat mengkhawatirkan aku dan bapakku--yah, beliau tetap ingin ikut dan bersedia jadi supir, huhuhu--karena pertama kalinya kami ke Jakarta sendiri. FYI, kami terbiasa menggunakan transportasi umum dan menyewa supir kalo pengen ke Jakarta, makanya pergi kesana sendiri memang agak menakutkan. Dengan berbekal GPS, akhirnya kami kesana melalui tol Bocimi hingga Jagorawi. Apakah lancar? Gak juga. Sempat ada macet yang luar biasa hanya gara-gara truk nyungsep di tol dan bikin delay sampe setengah jam. Yang seharusnya janjian ketemuan jam 8, mau gak mau harus delay karena baru sampe kampus jam setengah 9. Untungnya aku sempat mengabari beliau dan beliau bilang kalo bisa ketemu sekitar jam 10 sebelum akhirnya pulang ke rumahnya di Purwakarta. Yuuush! Akhirnya setelah menunggu cukup lama, akhirnya aku berhasil menemui beliau dan mendapatkan tandatangannya. Atmosfir antara aku dan dosbingku yang ini sangat berbeda jauh dengan dosbing lain yang kemarin kutemui. Yap, hari ini sungguh adem ayem tanpa beban. Meskipun beliau juga cukup heran karena aku baru nongol lagi, tapi sambutannya tetap hangat dan ramah, bahkan beliau bertanya bagaimana pekerjaanku saat ini. Gak cuman sampe situ, beliau bertemu dengan bapakku dan mengobrol ringan sekaligus bercerita jika aku adalah anak bimbingan yang luar biasa. Wow, aku terharu dan terhura~

Setelah berfoto-foto, dosbingku menyemangatiku agar aku lanjut ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu S3. Aku menyambutnya dengan senyuman dan di dalam hatiku, aku makin terharu. Aku ogah ngebandingin sih, tapi seriusan lebih baik dosbing yang ini daripada yang kemarin. Hahahah...

Berkat sambutan hangat itu, kami bersemangat untuk bertemu dengan dosen terakhir di Jatinangor. Dengan harap-harap cemas, kami melalui jalan yang belum pernah kami lalui, yaitu Tol Japek II (di papannya ditulis Jakarta-Cikampek Layang). Rasanya sangat ajaib, bahkan bapakku berkata ini pertama kalinya beliau lewat jalan itu sendiri. Hahahah, aku juga sama! Akhirnya kami tertawa sepanjang perjalanan sekaligus terperangah dengan pemandangan yang tidak pernah kami lihat. Setelah dua jam berlalu, akhirnya kami sampai di kampus Jatinangor.

Kukira bakalan selesai dengan cepat, ternyata ada jadwal dadakan yang membuat orang yang kutemui ini pergi dari rumahnya. Beruntung, beliau mengabari jika rapatnya berada di gedung yang bersebelahan dengan gedung pascasarjana. YESH! Akhirnya aku menunggu disana dan beberapa menit kemudian kami bertemu. Setelah chit-chat melepas kangen, akhirnya tandatangan terakhir berhasil didapatkan! Dengan semnagat 45, aku berlari ke gedung pascasarjana dan bersiap mengumpulkan tesisnya--

--eh tapi sayangnya gak semudah itu...

Staf TU yang bertugas menegur jika warna hardcover yang kupake salah warna! WHATDE-- aku udah hampir tepar namun staf itu memberitahu jika ada tempat fotokopian yang bisa jilid hardcover hanya dalam waktu 15-30 menit dan lokasinya dekat dengan Jatinangor Town Square. Thanks God! Akhirnya kami ngebut kesana dan menaruh tesisku disana untuk diganti warna sampulnya. Selagi menunggu, kami pun masuk ke Jatos dan cari makanan karena kami belum makan dari pagi hingga sekarang. 

Setelah selesai, kami pun kembali ke kampus dengan membawa tesis yang warna sampulnya sesuai dan juga CD kosong untuk softcopy tesis. Sebenernya aku gak inget sama sekali harus bawa softcopy, tapi beruntung--uh, aku nyebut kata ini udah berapa kali yah disini, hahahah-- aku menyimpan data itu di akun penyimpanan data. Akhirnya dengan bantuan staf TU, akhirnya semua persyaratan berhasil dipenuhi tepat saat jam pulang kantor dan aku bisa mengambil ijazah, transkrip nilai, surat pendamping ijazah, dan fotokopi legalisir dalam satu map. Yeah, kami pulang ke Sukabumi dengan riang dan tertawa lepas sembari mengingat perjalanan ajaib kami hari ini. Tak lupa, bapakku memfoto ijazah dan ngirim ke grup keluarga di WA jika aku sudah berhasil ngambil ijazah!

------------------------------------------------------------------

Btw kejadian wow selama dua hari itu aku cuitkan di twitter juga. Tapi tetap saja, kejadian di hari pertama sangat membekas dan menjadi pengingat agar aku tidak boleh melakukan hal yang sama pada orang lain....

Yah, kalo kubandingin dengan kejadian di artikel yang ini, ternyata kebiasaan SKS-ku gak berubah dan kisahnya begitu mirip, wakakakak! Gak aneh aku ngerasa de javu dengan semua hal yang terjadi saat itu. Ya sudah, yang penting misi selesai! 

Posting Komentar

0 Komentar