Suara ketukan meja samar terdengar meski pengunjung kafe begitu ramai pada hari Sabtu ini. Aldiana mengetuk meja dengan satu jarinya dan ekspresinya begitu malas. Sudah sejam berlalu sejak dirinya sampai di kafe yang berlokasi dekat Dago Pedestrian Area itu karena ada janji hangout bersama dengan senior almamaternya. Acara yang bertajuk girls’ day off itu memang hanya diikuti oleh para wanita yang ingin berkumpul sembari ngopi-ngopi cantik disana setelah sekian lama sibuk bekerja di kantor masing-masing. Di saat itu, seseorang masuk ke kafe dan menghampiri meja Aldiana dengan terburu-buru.
“Ah, yang lain udah datang, neng? Maaf euy, teteh telat karena ngurus debay duluuuu….” ujarnya sambil duduk dan menaruh tas kecilnya di meja. Aldiana menggeleng pelan sebagai respon.
“Belum sih, teh. Mungkin yang lain otewe juga.”
Wanita berkerudung pink pastel itu menarik napas lega. Namanya Aisyah, biasa dipanggil Ai. Dari segi angkatan, dia hanya beda setahun dengan Aldiana makanya dia yang paling mudah akrab dengannya. Dia bekerja sebagai analis kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta merupakan seorang ibu muda karena dia baru saja melahirkan seorang anak beberapa bulan yang lalu.
“Aaaahh, mau pesan duluan? Pesan minuman aja gitu…” ujar Ai sambil mengelap keningnya dengan tisu.
“Boleh deh, aku pesanin. Teteh mau minum apa?”
“Teteh mau moccachino saja.”
Aldiana mengangguk lalu mulai menulis pesanan pada kertas dan menu yang sudah tersedia di meja. Di saat itulah, rekan-rekan lainnya baru sampai dan mulai memenuhi meja mereka. Suatu kebetulan, Aldiana pun menulis seluruh pesanan dan bersiap untuk memberikan pesanan itu pada kasir.
“Sudah dipesan semua, neng?” tanya Ai.
“Iya sudah.” jawab Aldiana sambil duduk di sebelah Ai. Senior-seniornya yang berkumpul saat ini hanya berlima, yaitu Vira, Merry, Husna, Susi dan Ai itu sendiri. Mereka berasal dari kota yang berbeda serta angkatan yang memiliki jeda yang cukup jauh dengan Aldiana. Bisa dibilang, hanya Ai yang memiliki jeda angkatan paling dekat dengan Aldiana. Mereka juga sudah mengemban jabatan yang beragam, ada yang menjadi kepala subbagian, kepala seksi di suatu dinas, atau bahkan ada yang menjadi aparat wilayah seperti Aldiana dan mengemban jabatan disana.
“Oh iya, gimana neng? Udah kerasan di Sukabumi?” tanya Husna, sang “kakak tertua” disana. Aldiana meresponnya dengan senyuman malu-malu.
“Yah, masih menyesuaikan gitu sih, teh.” jawabnya singkat. Susi pun ikut tersenyum mendengar respon itu.
“Sepertinya neng Aldi susah move on sama tempat kerja lama yah. Tapi gak apa sih, neng. Penyesuaian itu nggak langsung cepat.” ujar Susi. “Oh iya, kudengar setelah dua tahun kerja, angkatan baru bisa ngurus mutasi gitu yah?”
“Iya betul teh…”
“Kalo begitu, apa Aldiana punya rencana untuk kembali?”
Aldiana terdiam. Sejujurnya, dia belum membulatkan tekad untuk kembali meski ada pikiran seperti itu. Pada akhirnya, Aldiana hanya memberikan gestur menggelengkan kepala tanpa berkata apapun.
“Nggak? Atau memang belum ada rencana?” tanya Susi lagi.
“Yah, memang belum ada, teh.”
“Eh ngomong-ngomong soal pindah--” potong Vira mendadak. Ekspresinya begitu sumringah seperti seseorang yang baru mendapat bahan gosip baru. “--katanya ada alumni kampus kita yang baru pindah kesini lho!”
"Whoaaaa, emang keren nih intelnya ikatan alumni kita!" ujar Merry takjub. "Trus katanya angkatan berapa?"
"Dibilangnya sih dia seangkatan sama Bang Surya dan Kak Tirta…."
"Lurah Surya? Lha ya, adek angkatanku dong?" pikir Merry. "Trus gimana?"
"Yaaa baru segitu sih infonya. Nanti mau kucari lagi info terbarunya."
"Hmmm, kalo ketemu sih, kita ajak nongkrong gini dah ya buat perkenalan!"
"Setuju teh!"
Semuanya pun mengobrol dengan santainya terkait topik utama tersebut, sementara Aldiana hanya menyimak info-info dari para seniornya itu sembari melihat pelayan yang membawakan minuman-minuman pesanan mereka.
~000~
to be continued
0 Komentar