"Hmmmm sepi sekali….."
Timothy dan Aldiana menatap nanar ke arah pintu keluar. Sudah nyaris tiga jam mereka duduk di ruang pelayanan tanpa tamu satu pun. Padahal biasanya hari senin merupakan hari sibuk bagi pegawai kelurahan karena banyak warga yang membutuhkan pelayanan administrasi.
"Ah, mungkin emang lagi gak ada keperluan? Hahahah…" gumam Aldiana sembari menyalakan aplikasi game di ponselnya.
"Bisa jadi. Disini serba salah yah, teh. Kalo sepi, kita gabut. Kalo rame, kita uring-uringan." balas Timothy sambil berpangku dagu. Ekspresinya begitu sayu seperti orang kurang tidur.
"Benar-benar yah--"
"Permisi….."
Ucapan salam itu membuat obrolan santai itu terhenti. Aldiana dan Timothy pun terkesiap lalu langsung menyambut tamu mereka--seorang wanita muda bersama dengan seorang pria berpostur tegap.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Aldiana dengan ramah. Wanita muda itu tersenyum sembari menyerahkan surat keterangan pindah domisili pada gadis itu.
"Kami baru saja pindah dari kabupaten lain kesini. Ini surat dari dukcapilnya dan kami mau membuat Kartu Keluarga." ujarnya panjang lebar. Tidak hanya surat keterangan itu, dia juga menyertakan fotokopi buku nikah pada Aldiana.
"Ah, kalo gitu biar kami isi formulirnya." kata Aldiana sambil mengambil formulir yang dimaksud. Setelah mengambil formulir itu, Aldiana mengecek kelengkapan administrasi lalu tertegun. Semuanya begitu lengkap dan tertera identitas lengkap dari pasangan muda pada surat keterangan itu.
“Maaf mbak, apa persyaratan kami ada yang kurang?”
“Oh nggak. Ini sudah cukup kok.” kata Aldiana sambil mulai mengetik suratnya. Di saat kegiatan pelayanan berlangsung, Tirta masuk ke ruang pelayanan sambil membawa beberapa berkas. Matanya langsung melihat tamu itu dan senyumnya mengembang.
"Yuri. Sudah lama tidak jumpa. Kok ada disini?" sapa Tirta. Wanita yang dipanggil Yuri itu langsung bangkit dari duduknya dan bersalaman dengan Tirta.
"Iya, kami baru pindah kesini karena pekerjaan suamiku." kata Yuri sambil merangkul pria yang merupakan suaminya. "Kenalkan, ini suamiku, Arga. Dia akan bertugas di Polres disini."
Tirta mengangguk paham. Saat obrolan itu berlangsung, Surya juga masuk ke ruang pelayanan dan melihat Tirta bersama dengan pasangan itu. Seketika suasana mendadak hening ketika Surya dan Yuri saling berpandangan.
"Ah, ternyata bang Surya disini." sapa Yuri dengan senyum merekah.
Surya tidak merespon sapaan Yuri saat itu. Ekspresinya tampak tegang, bahkan terlihat seperti tidak berkenan. Di saat itulah, Aldiana mendekati Surya sembari menyerahkan berkas padanya.
"Pak lurah, punten untuk ditandatangani formulirnya." kata Aldiana sambil menunjukkan formulir untuk pembuatan kartu keluarga yang baru. Tanpa basa-basi, Surya langsung menandatangani formulir itu lalu hanya melempar senyum pada kedua tamunya sebelum akhirnya dia kembali ke ruangannya.
Aldiana hanya terdiam melihat pimpinannya itu. Baru kali ini dia melihat Surya yang tìdak berkata sepatah kata pada siapapun, bahkan ekspresi tegang itu benar-benar terlihat jelas. Apa ada sesuatu dengan tamunya ini? pikirnya.
"Bu, segera dicap saja formulirnya." ujar Tirta sambil menyadarkan Aldiana. Gadis itu langsung mencari stempel dan membubuhkan cap itu di formulirnya dengan cepat. Akhirnya, dia menyerahkan formulir itu pada Yuri.
"Ini formulirnya, bu. Nanti langsung dibawa ke Disdukcapil saja." ujar Aldiana. Yuri pun mengangguk senang.
"Makasih banyak yah." kata Yuri sambil tersenyum. "Oh iya, kami pamit dulu yah, kak Tirta. Kapan-kapan main ke rumah yah. Kan kami udah resmi jadi warga disini."
"Hahahah iya. Hati-hati di jalan."
Ketika pasangan itu keluar dari kantor kelurahan, Timothy dan Aldiana saling berpandangan lalu akhirnya mereka mulai bertanya pada Tirta yang duduk santai di kursi pelayanan.
"Pak, itu temannya bapak?" tanya Timothy. Yang ditanya hanya mengangguk pelan.
"Teman seangkatan di kampus. Jadi, dia juga temannya Lurah Surya juga." jawab Tirta.
Oh jadi ini yang sempat digosipkan oleh para senior waktu itu?, pikir Aldiana. Namun gadis itu menyadari ada sesuatu yang aneh.
"Tapi tadi pak lurah seperti nggak suka kalo dia kesini." ujar Aldiana. Tirta pun hanya menghela napas sebagai jawaban.
"Itu udah masuk ranah pribadi. Mungkin bisa ditanya langsung padanya, itupun kalo dia berkenan."
Aldiana dan Timothy hanya diam seribu bahasa ketika Tirta memberikan jawaban itu lalu keluar dari ruang pelayanan.
~000~
to be continued
0 Komentar