Update 2025

 


Wah, udah masuk pertengahan tahun 2025 setelah aku udah lama gak masuk ke blog ini (bused, ada masalah teknis sampe aku ndak bisa masuk hshshsh ;;; ). Apa kabarnya, gaes? Hehehe…

Well, terakhir aku update soal post disini tuh tahun 2023, tepatnya aku nulis soal pelatihan di Semarang. You know what, itu adalah tahun duka untuk keluargaku karena ayah kandungku meninggal dunia di tanggal 05 Desember 2023 di rumah.

Yap, kalian gak salah baca. Ayahku meninggal dunia di tanggal itu. Pas jam 12 siang, ibuku pulang ke rumah dan mendapati ayahku telah berpulang dengan damai di kamarnya seorang diri. Gak sakit gak apa, beliau berpulang dalam kondisi duduk di kasurnya dan bersandar di mejanya seperti seseorang yang tertidur. Dari situlah, kehidupan keluargaku berubah drastis.

Sesuatu yang kami syukuri adalah aku dan adikku sudah dapat menopang hidup kami masing-masing, walaupun di saat itu adikku masih dalam masa internship di Bogor. Jadi selama proses upacara pemakaman alm ayah, kami saling bahu membahu untuk mengurus semuanya. Namun ada banyak hal yang membuatku overwhelming karena ternyata ada banyak fakta yang baru terkuak setelah ayah tiada. Yep, rahasia yang penuh ironi yang ternyata selalu disembunyikan oleh ayah kami. 

Selama masa berkabung, kami mengalami depresi satu keluarga, terutama ibuku. Masuk akal, karena beliau yang menemukan jasad ayahku pertama kalinya. Di saat itu, kami galau banget karena selama proses pemakaman, butuh waktu hampir 3 minggu hanya untuk menunaikan proses pemakaman sesuai adat istiadat keluarga ayah. Ayahku berasal dari Bali dan beragama Hindu, sudah pasti upacara pemakamannya begitu rumit dan lama. Bahkan jasad alm ayah itu sempat dititip di RS nyaris 2 minggu hanya karena tidak boleh masuk ke kampungnya. Katanya sih ada event desa yang membuat kedukaan itu tidak boleh masuk ke desanya. Buatku yang hidup di luar Bali dan sudah terbiasa melihat prosesi pemakaman yang cepat, tentu hal ini sangat merugikan keluarga kami. Inilah alasan kami depresi saat itu. Kami baru bisa melaksanakan prosesi ngaben (kremasi jenazah adat Bali) pada tanggal 22 Desember 2023, sudah sangat jauh dari tanggal kematian alm ayah. Ironisnya, tanggal ngaben itu 3 hari sebelum ultah ibuku. Di tanggal ultah itu, kami sudah di bandara untuk pulang ke Sukabumi dan kata yang keluar dari ibuku adalah “hari ini adalah hari ulang tahun paling menyedihkan.” Sedih? Tentu saja, bahkan aku dan adikku aja bingung harus berbuat apa.

Hari demi hari berlalu, kami sibuk mengurus berkas alm ayah serta mengurus rekening banknya. Ibuku semakin depresi namun sulit untuk curhat, mengingatkanku dengan momen di saat aku mengalami depresi di tahun 2019. Saat kutanya kenapa, ternyata alasannya karena ibu gak tau gimana caranya untuk mendoakan suaminya itu. Yep, kami sebagai keluarga Hindu namun tidak begitu memahami konsep agama yang kami anut karena kami menyadari kalo yang kami lakukan selama ini lebih ke prosesi adatnya saja. Sehingga di saat seperti ini tuh, entah doa apa yang harus dipanjatkan untuk ayah kami. 

Kami satu keluarga benar-benar sulit untuk beribadah, seperti ada rasa kosong di hati yang begitu besar. Butuh waktu sampai akhirnya kami menemukan kedamaian setelah mengambil keputusan yang benar-benar mengubah hidup kami untuk selamanya. 

Kami memutuskan untuk memilih agama kami masing-masing. 

Ibuku akhirnya kembali ke agama lamanya, Islam. Adikku memilih Katholik sebagai agamanya. Sementara aku sempat gamang sebelum akhirnya aku ikut agama ibuku. Yap, pertengahan tahun 2024, aku resmi menjadi seorang mualaf bersama dengan ibuku, sementara adikku mulai mempelajari agama Katholik hingga akhirnya dibaptis di tahun 2025 ini.

Selama proses healing keluarga kami baik secara fisik, mental dan finansial, kami menyadari jika kami harus terus maju. Kami tetap mendoakan ayah kami, walaupun dari berbagai versi doa. Kisah kehidupan ayahku ternyata endingnya memang seperti itu, sehingga yang kami lakukan sekarang adalah tetap melanjutkan hidup kami. Disini kami belajar jika kematian itu adalah canon event yang entah kapan datangnya dan apapun kondisinya. Ayahku ini orang yang paling rajin berolahraga dan menjalani hidup sehat di masa tuanya, namun siapa sangka waktunya begitu singkat. Impiannya untuk bisa menikmati masa pensiun di Bali pun sirna seketika karena beliau meninggal di tanah rantauan dan jauh dari kampung halaman yang diidam-idamkan. 

Di tahun 2024 itu banyak hal terjadi selain dari perubahan jalan hidup kami. Aku ikut diklat PKP untuk pejabat eselon IV, trus ibuku pergi umroh untuk pertama kalinya. Rumah kami juga direnovasi karena kondisinya yang sudah cukup miris. Bahkan kini kami berhijrah sambil belajar pelan-pelan mengenai agama kami. Sekarang pun adikku udah bekerja di kota yang sama seperti kami. Luar biasa perkembangan kami saat ini. 

Aku jadi mikir, apakah alm ayah kami akan bangga dengan kami walaupun kondisi sudah tidak sama seperti dulu? Kami bisa bangkit dari keterpurukan pasca ditinggal sama beliau. Mungkin iya deh…..

Posting Komentar

0 Komentar