Prolog (section 2)


Baru saja membaca beberapa artikel kesehatan di notebook-nya, Aldiana mendapat panggilan dari seorang pegawai dan menghampiri gadis itu sambil membawa map berwarna hijau cerah. "Neng, dipanggil sama bapak." katanya sambil mengisyaratkan ke arah ruangan Kepala Badan dengan lirikan matanya. Aldiana mengangguk pelan dan berjalan ke arah ruangan itu, diikuti dengan pegawai tadi. Sesampainya disana, seorang bapak yang berusia sekitar 50-an yang disebut sebagai Kepala Badan itu baru saja selesai menandatangani sebuah dokumen. 

"Oh, bu Aldiana ya. Silakan duduk." sapanya sambil menunjuk ke arah kursi di depannya setelah melihat Aldiana dan pegawai tadi. "Bagaimana kabarnya, bu?"

"Baik, pak." jawab Aldiana singkat. Ada kesan canggung saat dirinya menjawab pertanyaan itu. 

"Oh iya, gak apa kan kalo saya manggilnya dengan sebutan 'ibu'? Walaupun ibu usianya seumuran sama anak saya gitu." kata Kepala Badan itu sambil berbasa-basi. Aldiana hanya mengangguk pelan diselingi dengan kekehan kecil. 

"Tak apa, pak. Saya udah mulai terbiasa." jawab Aldiana di sela kekehannya. Setelah sempat tertawa, Kepala Badan itu bergumam pelan seperti akan berbicara sesuatu.

"Begini bu, surat tugas yang ditandatangani oleh pak Wali Kota sudah sampai disini. Jadinya mulai hari ini, ibu udah bisa bergabung dengan satuan kerja ibu yang baru. Yah, gak harus hari ini sih, bisa di hari selanjutnya. Ibu bisa meninjau lokasi kantornya dulu biar nanti gak kesasar kalo ngantor." ujar Kepala Badan yang hanya ditanggapi dengan anggukan kepala dari Aldiana. Pegawai yang tadi mengantar Aldiana itu mendekati pimpinannya itu sambil memberikan map hijau cerah itu. Sambil dibuka lembarannya, Kepala Badan itu mulai berbicara lagi.

"Aldiana Chandra Praditha, S.STP. ditempatkan sebagai Pelaksana di Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh."

Aldiana kicep. Kelurahan, katanya? Gadis itu berekspektasi jika dia akan ditempatkan di satuan kerja seperti dinas ataupun badan tertentu, atau bahkan di sekretariat daerah seperti yang dialami oleh senior dan teman-teman se-almamater. Namun penempatan menjadi aparat wilayah tidak ada dalam benak Aldiana, apalagi kondisinya dia tidak menjabat apa-apa. 

"Kelurahan Karamat?" gumam Aldiana pelan untuk memastikan kupingnya tidak salah dengar. 

"Iya, bu. Sesuai instruksi dari kementerian, alumni sekolah kepamongprajaan yang baru dihimbau untuk ditempatkan di wilayah seperti kelurahan dan kecamatan. Lagipula, kelurahan ini lurah sama seklurnya dari kampus yang sama dengan ibu. Jadi ada temannya gitu." 

Tangan Aldiana mulai menggaruk leher yang tidak gatal. Dia baru ingat jika ada instruksi seperti itu sejak gadis itu dilantik. Apakah teman-teman satu provinsi mengalami hal yang sama? Atau justru tidak? Aldiana tidak memiliki ide sama sekali soal itu. “Izin pak, apa Kelurahan Karamat itu jaraknya jauh dari sini?” tanya Aldiana dengan gaya bicara khas semasa dirinya masih kuliah itu. 

Yang ditanya hanya menggaruk dagunya sekilas. “Lumayan sih, bu. Kalo naik angkot sih bisa naik yang warna putih, cuman naiknya dua kali gitu. Lebih enak kalo naik ojek online sih, bu.” jawabnya singkat. Aldiana meresponnya dengan hela napas yang cukup panjang dan mengangguk pelan. 

“Palingan sekian dari saya soal penempatannya ibu. Mungkin ada pertanyaan lagi gitu, bu?” tanya Kepala Badan itu lagi. 

“Hm, udah cukup sepertinya, pak. Tapi kalo saya pengen nanya sesuatu, nanti saya hubungi bapak. Mungkin saya minta nomornya bapak aja.” kata Aldiana sambil merogoh saku bajunya dan mengambil ponsel pintarnya. 

“Oh, boleh. Ini nomor saya...” kata Kepala Badan sambil menyebut nomor ponselnya itu pelan. Setelah memastikan nomornya itu benar, Aldiana langsung menyimpannya di dalam list dan menuliskan nama si pemilik nomor. 

“Tau kan nama saya, bu?”

“Iya, pak. Pak Rudi Sarudi, kan?” 

Kepala Badan itu terkekeh mendengar respon pegawai baru ini. Begitu selesai, Aldiana memohon pamit pada Kepala Badan untuk mencari lokasi kantor barunya dan pada seluruh pegawai yang ada di kantor itu. Gadis itu berjalan keluar kantor dan begitu sampai di dekat pertigaan, tangannya memegang ponselnya dan mulai menyalakan aplikasi transportasi daring miliknya.

        ~000~       

To be continued


Prev                                                                                                                                                    Next

Posting Komentar

0 Komentar