Aldiana bergumam sendiri ketika dirinya membuka pintu kamar kostnya dan masuk ke dalam. Tasnya diletakkan begitu saja di samping meja dan langsung merebahkan tubuhnya ke kasur tanpa membuka seragamnya terlebih dahulu. Napasnya lemah dan matanya tampak sayu. Setelah dari kantor BKPSDM, Aldiana langsung pergi mencari lokasi kantor barunya sambil menaiki ojek daring. Ternyata benar yang dikatakan oleh Kepala Badan, jaraknya lumayan jauh jika diukur dari kantor tadi ke arah kelurahannya. Namun Aldiana cukup bersyukur, ternyata kantor barunya itu tidak jauh dari kostnya karena masih sewilayah.
Matanya semakin berat ketika dirinya terbaring cukup lama. Satu tangannya meraih ponsel di sebelahnya dan mulai mengecek aplikasi chat yang sering digunakan olehnya. Aldiana mulai mencari satu nama dan dirinya mulai mengetik sesuatu lalu mengirimkannya.
[Hai, sasuhku! Lagi apa ni? :) ]
Tidak lama kemudian, ponsel itu berbunyi pertanda ada notifikasi baru. Wah, cepat juga balasnya, pikir gadis itu sambil membaca pesannya.
[Sasuuuuh xD aku masih di kantor nih. Kamu sendiri?]
[Aku dah di kost. Baru dapet surat tugas nih jadinya kek pindahan gitu…]
[Oh iya? Dapet dimana?]
[Aku dapet di kelurahan ni :D]
Sebuah stiker terkejut muncul sebagai balasan atas jawaban Aldiana. Gadis itu mengangkat alisnya sebelah lalu mengetik balasannya dengan cepat.
[Kenapa, Syifa? Emotnya gede amat dah, wkwkwk. XD]
[Seriusan di kelurahan? Menjabat apa ni?]
[…]
[Aku cuman staf biasa. Gila aja kali langsung ngejabat di tempat yang belum kukenal, hahahah.]
Aldiana tertawa miris saat mengirimkan balasan chat itu. Dia sudah menduga reaksi Syifa terhadap jawabannya tadi. Kalo bertugas di wilayah -- apalagi desa/kelurahan -- itu pasti dikira sudah dilantik menjadi salah satu pejabat disana, minimal sekretaris lurah. Begitulah anggapan beberapa alumni yang lulus di masa sekarang, dimana para alumni baru pasti ditempatkan di kantor dinas, badan, ataupun sekretariat daerah.
[Well, okay. Moga aja disana sukses selalu ya, sasuh!]
[Dirimu juga! Btw, caranya kalo mau ngajuin pindah ke kota lain gimana ya?]
[Pindah penempatan gitu? Ah, tanya aja ke BKPSDM kalo soal itu. Lagian kita kan ada masa ikatan dinas, tho? Katanya sih kalo masih masa ikatan dinas tuh belum boleh pindah.]
Membaca jawaban itu, Aldiana hanya menghela napas panjang. Dia baru sadar satu hal yakni masa ikatan dinasnya selama dua tahun. Selama itu juga, dia belum diizinkan untuk mengurus kepindahan ke kota lain. Entah dia akan sabar menunggu hingga saatnya tiba.
[Kenapa nanya soal pindah? Kamu mau pindah?]
Sebuah balasan dari Syifa muncul kembali. Dengan cepat, Aldiana kembali mengetik balasannya.
[Iyep. Mau balik ke Bandung. Asa gak betah disini uy. Gak ada teman, gak ada keluarga juga. Kan aku ditempatin disini sendirian… :( ]
Syifa memasang stiker cemberut.
[Duh kamu nih, kebiasaan deh. Pasti ngeluh duluan padahal belum lama disitu. Inget gak pas pertama kali kita ketemu dan sekamar di kampus Tampusu? Keluhannya juga sama lho. :(((( ]
[Ng…]
Aldiana mengirim stiker ekspresi bingung.
[Dibawa enjoy aja kali. Disana ada senior2 juga kan? Ya akrab2in aja sama mereka, trus pelan2 kenalan sama orang lain disana. Jangan ngeluh duluan, sasuh. Toh pada kenyataannya juga bisa dilalui, kan?]
Jawaban itu cukup menohok di hati Aldiana. Gadis itu terdiam cukup lama sebelum akhirnya mulai membalas chatnya.
[Oke deh kalo gitu. Aku akan mencobanya dulu selama disini.]
[Yesh! Semoga sukses ya, sasuh! Aku bantuin pake doa aja dari jauh. Hehehe :D]
Obrolan itu berakhir ketika Aldiana menutup aplikasi chatnya dan berganti dengan aplikasi game kesukaannya. Sambil memainkan game itu, matanya kembali menerawang. Di dalam hati kecil gadis itu, dirinya memang tidak menyukai kepindahannya ke kota ini. Meskipun dirinya dikelilingi oleh senior almamaternya dan sering diajak pergi bersama, hal itu tidak membuat Aldiana betah. Kenangan bekerja di pemerintah provinsi beberapa waktu yang lalu kembali memenuhi pikiran Aldiana. Bagaimana dia bisa tetap bersenang-senang setelah jam kerja bersama teman-temannya, pekerjaan yang padat namun dapat dilalui dengan riang, dan juga dekat dengan keluarganya yang tinggal di kota yang sama.
Apa dia akan mendapatkan hal seperti itu di kota ini? Tiga minggu sejak kepindahannya ke kota ini, Aldiana belum mendapatkan hal yang selalu dirasakan olehnya selama ini. Namun perkataan Syifa membuat Aldiana merenung dan menyadari sikapnya tadi.
"Hmmm, semoga saja di kelurahan nanti ada sesuatu yang menarik ya. Kalo nggak, aku akan menghubungi bapak Kepala Badan itu lagi biar aku bisa pulang." gumam Aldiana bermonolog sambil memperhatikan gamenya lagi.
~000~
To be continued
0 Komentar