#UltahAldiana0205 (section 4)


Kecurigaan Aldiana terbukti jika hari ini dia mendapatkan kejutan -- walaupun pada akhirnya gagal akibat keceplosan. Meski begitu, Aldiana sangat mengapresiasinya karena ini adalah momen ulang tahun pertamanya yang dirayakan di perantauan setelah bekerja. 

“Selamat ulang tahun, neng Aldiana!” seru para pegawai dengan nada serempak seperti paduan suara. Aldiana hanya tersenyum kecil sambil memandangi lilin di atas kue fondant itu. 

“Sebelum tiup lilin, ada sesuatu yang ingin disampaikan?” tanya Surya yang duduk di samping Aldiana.

“Hm, apa ya.” gumam Aldiana sambil memiringkan kepala. “Palingan aku mau ngucapin terima kasih buat bapak ibu sekalian yang bikin kejutan ini. Yaaaaah, walaupun kurang seru sih ya--”

Pegawai-pegawai itu tampak rusuh dan Bu Eneng menimpali dengan hebohnya. Namun Aldiana kembali berbicara dan membuat mereka hening kembali. 

“--tapi aku senang, kok. Aku suka sama kejutannya. Terima kasih banyak ya.” 

“Dek, bilang makasih sama pak lurah tuh.” sahut Tirta mendadak. “Hanya dia yang menyadari tanggal ulang tahunmu, padahal biasanya Timothy yang hapal.” 

Aldiana memasang ekspresi tidak percaya dan menoleh ke arah lurah yang juga seniornya itu. Pandangan gadis itu disambut oleh sang lurah dan membuat sorot mata mereka saling bertemu. Aldiana merasa pandangan Surya saat itu begitu lain hari ini -- pandangan yang begitu teduh dan hangat. Tanpa disadari, muncul semburat kemerahan di pipi Aldiana setelah terhanyut dalam tatapan Surya.

“Heeeeeeeh, kalian ngapain eh!? Gak boleh ciuman ah!” cebik Timothy dengan raut wajah merengut pertanda cemburu. Ungkapan yang cukup vulgar itu membuat semua pegawai itu terbahak, sementara itu Surya dan Aldiana tersadar setelah cukup lama berpandangan. 

“Keknya neng Aldiana terpesona lihat pak lurah. Lihat deh, mukanya memerah.” gumam Bu Eneng diselingi tawa jahil.

“Hm, romansa anak muda ya, bu.” balas Pakkei santai, mengamini perkataan Bu Eneng tadi. 

“Sekarang bu Aldiana percaya kan kalo kita punya lurah kek artis? Ibu sampe terpana gitu...” kata Pak Enda dengan santai. Aldiana menatap semua pimpinan seksi dengan tatapan heran, jadi mereka semua menggodanya? 

Sekali lagi Aldiana menatap Surya, yang bersangkutan tengah memalingkan muka ke arah lain. Namun Aldiana yakin, pemuda itu merasa malu juga digoda seperti itu oleh bawahannya. 

“Ayo dong, teh! Make a wish!” seru Timothy tidak sabaran. 

“Eh iya, bentar bentar. Aku belum berdoa dulu nih.” kata Aldiana sambil menunduk untuk berdoa. Selang beberapa detik, dia pun selesai dan mulai meniupkan lilinnya. Tepuk tangan pun bersahut-sahutan begitu lilin itu padam dan gadis itu mulai memotong kue pertamanya.

“Ayo kasih ke siapa duluan?” tanya Tirta. Aldiana tersenyum dan memberikan sepotong kue pertama pada Surya. 

“Tentu saja untuk pak lurah kita!” ucap Aldiana ceria dan disertai tepuk tangan. 

“Untukku mana, teh?” tanya Timothy mendadak. Aldiana memotong kue itu dan menyerahkannya pada Tirta. 

“Sabar ya, Moty. Sesuai hierarki dulu, oke?” jawab Aldiana dengan santai. Raut wajah Timothy kembali merengut karena itu berarti staf dapet jatah terakhir. Setelah bagi-bagi kue selesai, pelayan kafe itu datang sambil membawa beberapa minuman manis dan menyajikannya di meja mereka. 

"Minuman spesial buat nona Aldiana. Adik kita yang paling bungsu satu ini." kata Rendi yang menghampiri meja para pegawai kelurahan. Mereka pun langsung meminum minuman itu dan wajahnya berseri-seri setelahnya. 

“Teteh, mau lagi kuenyaaaa….” kata Timothy merajuk. Aldiana melirik ke kuenya yang tinggal sepotong dan mengambilnya untuk Timothy. Pemuda itu tampak berseri-seri ketika Aldiana memberikan potongan kue terakhir itu. 

“Asiiiik, makasih ya teh! Baik banget ey!” sahut Timothy ceria. Sungguh perubahan ekspresi yang sangat drastis dan membuat Aldiana heran padanya. Moty jadi terlihat seperti anak kecil, pikir gadis itu. Sementara itu, Surya memperhatikan gadis itu cukup lama dan di saat itu, Rendi menepuk bahunya cukup keras.

“O-oi-- oh maaf, senior….” gumam Surya keceplosan dan langsung menundukkan kepala karena malu. Rendi hanya terkekeh pelan dan mengusap bahu itu berulang-ulang. 

“Melamun aja nih, mikirin yang lagi ulang tahun ya?” bisik Rendi pelan. 

“Ng-nggak…, bukan itu.” jawab Surya pendek. Suaranya terdengar bergetar saat menjawab dan membuat Rendi semakin yakin apa jawaban sesungguhnya.

“Sebaiknya kamu segera bergegas ya sebelum menyesal.” ungkap Rendi lagi sambil meninggalkan Surya. Lurah muda itu menghela napas panjang dan kembali memperhatikan Aldiana yang sedang menikmati kuenya. Sepertinya memang belum saatnya, pikirnya.

~000~


#UltahAldiana0205 -- The End --

Posting Komentar

0 Komentar