Suasana mobil terasa begitu suram. Meskipun ada tiga orang di dalamnya, tidak ada satupun yang berbicara. Surya yang menyetir itu memasang ekspresi kesal sejak awal keberangkatan, sementara Tirta hanya memainkan ponselnya dengan santai di kursi depan. Sementara Aldiana hanya tertegun melihat kesunyian yang begitu canggung ini.
Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang oleh Tirta, Aldiana mulai memahami hal-hal yang membuat Surya berniat untuk tidak ikut kumpul. Yuri adalah mantannya Surya, itu saja. Namun yang membuat Aldiana penasaran, kenapa Surya kesal seperti itu? Apa kisah putus cintanya meninggalkan kesan yang sangat buruk? Aldiana yang pernah putus cinta pun tidak kesal selama itu, pikirnya.
“Oh, sudah sampai.” kata Tirta setelah melihat bangunan dan plang rumah makan tujuan mereka. Surya pun langsung mencari tempat parkir dan memarkirkan mobilnya dengan sempurna.
“Ayo…” kata Tirta sambil keluar dari mobil duluan. Saat Aldiana mau keluar, Surya melirik melalui spion dalam dan memanggilnya pelan.
“Nanti aku gak ke dalam. Nunggu disini aja.” kata Surya singkat. Aldiana tidak merespon dengan ucapan, melainkan hanya dengan gestur anggukan pelan. Akhirnya dia pun keluar dari mobil dan buru-buru mengejar Tirta hingga ke dalam rumah makan.
Suasana di dalam rumah makan itu cukup ramai. Ada beberapa alumni yang hadir disana, terutama alumni wanita-nya. Aldiana teringat dengan janji kumpul-kumpul yang dilontarkan seniornya kemarin, mungkin kegiatan ini adalah inisiatif mereka. Yuri juga hadir pada acara itu, bahkan dia pun mengajak sang suami yang masih menggunakan seragamnya yang tertutup dengan jaket hitam. Dia pun bercakap-cakap dengan alumni lain dengan hangat.
“Heeee, kak Yuri sambil ngajakin suami.” bisik Ai mendadak yang membuat Aldiana terkesiap. Sang kakak yang berada di samping Aldiana itu hanya terkekeh pelan melihat reaksi junior bungsunya itu.
“Hhhh, teteh bikin kaget aja.” gumam Aldiana sambil mengusap dadanya yang sedikit bergemuruh.
“Sori sori, tapi jujur deh. Daripada ngajakin suami, lebih baik datang sendiri atau ngajakin anak. Suamiku kan polisi juga, nggak bisa diajak kongkow sembarangan kek sekarang. Lha, apa suaminya pejabat yah? Dia masih pake seragam lho kesininya.”
Mata Aldiana membesar saat mendengar hal itu. Ai benar-benar mengamati sekitarnya dengan jeli. “Trus teteh udah ada ngobrol sama kak Yuri? Sebelumnya sih kak Yuri datang ke kelurahan buat ngajuin bikin KK dan KTP.” kata Aldiana.
“Belum. Kalo menurut neng, gimana dia?” tanya Ai lugas.
“Hmmm, dia ramah gitu aja, teh. Nggak ada hal-hal yang spesial. Cuman memang sering jalan bareng sama suaminya. Kemarin juga datang berdua.” jawab Aldiana dengan tatapan mata yang menerawang karena membayangkan kesannya kemarin.
“Oh gitu. Hehe, jadi inget masa-masa awal pacaran sama paksu. Tapi karena dia berseragam gitu ya gak leluasa. Jadinya kami jalan-jalan kalo memang lagi libur.” kata Ai. Dia pun menggandeng tangan Aldiana dan berjalan menuju area prasmanan.
“Hayuk ah kita ambil snack saja!” kata Ai dengan riang sementara Aldiana hanya mengangguk cengo.
~000~
Chapter 11 - the end -
0 Komentar